Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo

Menteri SYL Pacu Sektor Pertanian Terapkan Hasil Penelitian

Selasa, 25 Februari 2020 | 20:48 Wita - Editor: Andi Nita Purnama -

BOGOR, GOSULSEL.COM — Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo kembali mengukuhkan dua profesor atas keberhasilan menjadi Profesor Riset, masing-masing dalam bidang hama dan penyakit tanaman untuk inovasi teknologi pengendalian tikus dan teknologi proses pascapanen buah tropis untuk standar ekspor. Mentan juga turut menantang para profesor untuk menerapkan hasil riset sehingga berkontribusi pada peningkatan pendapatan petani kita.

“Saya memberikan tantangan kepada Saudara Prof. Dr. Ir. Setyadjit, M.App.Sc, untuk dapat menyusun rancangan program dalam meningkatkan produksi dan kualitas buah tropis kita sesuai standar ekspor yang berlaku, dan pada akhirnya berkontribusi pada peningkatan pendapatan petani kita,” kata Syahrul dalam sambutannya di Auditorium Utama Ir.Sadikin Sumintawikarta Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, Bogor, Selasa (25/2/2020).

Menurut SYL, riset menjadi sangat penting karena pertanian dan pemuliaan bibit menjadi bagian-bagian terpenting untuk bisa mendapatkan hasil pertanian yang maksimal. Kita mempunyai penduduk 267 juta orang yang membutuhkan seluruh komoditi pertanian kalau kita tidak mau impor dan lain-lain sebagainya adalah kita harus bijak.

“Salah satunya adalah terus memperbaiki hasil research kita sehingga kita mendapatkan kualitas-kualitas dan penyisihan-penyisihan agroklimat dari masing-masing potensi lahan yang kita miliki. Itu membutuhkan research,”ucap Mentan.

Syahrul mengungkapkan bahwa acara orasi pengukuhan tersebut bertepatan dengan dua momentum yang sangat penting dalam kebijakan IPTEK Nasional, terutama terkait penataan kelembagaan strategis. Sebagai implementasi dari UU No.11/2019 tentang Sistem Nasional IPTEK, pemerintah telah membentuk Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

“Sesuai dengan Perpres No. 74 /2019 yang kemudian diubah dengan Perpres No.95/2019 BRIN mempunyai tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi,” ucap SYL.

Syahrul juga mengharapkan Profesor Riset yang baru dikukuhkan dapat lebih berperan aktif menjadi pembina dan motivator bagi para peneliti yang lebih muda, baik dalam bidang kepakaran, maupun dalam pengembangan jati-diri, integritas serta profesionalisme mereka.

“Saya sampaikan penghargaan dan selamat kepada jajaran keluarga kedua Profesor Riset, yang telah memberikan kontribusi dan pengorbanan yang besar dalam mendukung karir dan pencapaian prestasi para Profesor Riset yang dikukuhkan,” ungkapnya.

Di kesempatan yang sama, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Dr. Ir. Fadjry Djufry, M.Si mengatakan jika inovasi yang dilakukan terkait pengendalian hama tikus dapat mengurangi losis dengan pascapanen. Sehingga hasil riset terkait inovasi teknologi pengendalian tikus sangat penting untuk diterapkan oleh masyarakat.

“Bertani itu sekarang kan di beberapa daerah ada yang terserang tikus dan salah satu terobosan yang disampaikan Dr. Sudarmaji tadi jadi salah satu solusi memecahkan masalah pengendalian tikus secara bioekologi. Dan ini sudah lama kita lakukan tinggal menunggu dilakukan secara masif di lapangan,” ucap Fadjry.

Menurutnya, paling penting melakukan antisipasi atau early warning system. Bagaimana bisa mendeteksi secara cepat sehingga sebelum serangan itu sudah dilakukan pengendalian dan hal tersebut juga sudah dimulai dengan Dirjen Teknis Kementerian Pertanian.

“Sehingga paling tidak jangan cepat penyebaran serangan tikus ini, kita bisa lebih awal mengendalikan ini,” ucapnya.

Terkait inovasi teknologi proses pascapanen buah tropis ditujukan untuk memperpanjang daya simpan buah tropis. Menurutnya pertanian punya potensi buah tropis yang sangat melimpah di Indonesia, persoalannya daya simpannya tidak lama. Selain itu, semua produk pengiriman lewat kapal laut dan perlu waktu dua minggu sampai satu bulan supaya barang diterima.

“Sehingga memang perlu ada teknologi bagaimana memperlama daya simpan sehingga sampai negara tujuan itu kualitasnya masih terjaga, mutunya masih bagus sehingga nilai jualnya masih bagus. Ini yang tadi dibicarakan itu,” tukas Fadjry.

Sekadar informasi, kedua profesor yang dikukuhkan yakni Prof. Dr. Ir. Setyadjit, M.App.Sc untuk inovasi teknologi proses pascapanen buah tropis untuk pemenuhan standar ekspor dan Prof.Dr.Drs.Sudarmaji,MP untuk inovasi teknologi pengendalian hama tikus terpadu berbasis bioekologi untuk pengamanan produksi padi nasional.(*)


BACA JUGA