Warga di Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, masih kesulitan air bersih
#

75 Tahun Sudah Indonesia Merdeka, Bontoa Maros Masih Krisis Air

Rabu, 26 Agustus 2020 | 21:53 Wita - Editor: Andi Nita Purnama - Reporter: Muhammad Yusuf - GoSulsel.com

MAROS, GOSULSEL.COM — Sama sekali tak pernah beranjak, warga Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros. Sejak Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945 silam sampai dengan hari ini, tepat 75 tahun lamanya masih pada persoalan yang sama, krisis air bersih. 

Sudah berulang kali gonta ganti Presiden, menteri, Gubernur juga Bupati. Namun, lucunya persoalan air bersih untuk pemenuhan kebutuhan 28.515 jiwa sampai detik ini juga belum terselesaikan. Padahal, diketahui bahwa Kabupaten Maros merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sulsel dengan pasokan air baku yang cukup banyak. 

pt-vale-indonesia

Namun, ironinya hal itu tidak berbanding lurus dengan kondisi warga Maros yang berada di pesisir. Setiap harinya, warga mesti berlomba dengan hewan ternak untuk mendapatkan air bersih. Kondisi itu menjadi pemandangan tersendiri saat pagi dan juga sore hari. 

Direktur PDAM Tirta Bantimurung Muh Shalahuddin M, mengatakan bahwa kondisi kekeringan ini membuat pihaknya tidak bisa berbuat banyak. Saat ini, pasokan air yang ada sudah sangat menipis. 

“Upaya yang kami lakukan saat ini sangat terbatas. PDAM cuma memiliki 2 unit armada tangki kapasitas 4 kubik dan itu yang digunakan untuk menyuplai air bersih ke wilayah terdampak krisis air bekerjasama dengan Kodim 1422 Maros dan sudah dilakukan sejak Juli lalu,” katanya. 

Selain menyuplai air ke wilayah pesisir Maros, PDAM Maros juga gencar melalukan edukasi kepada warga terdampak untuk berusaha mencari alternatif, “Kita edukasi warga untuk sementara ini cari sumber air lain, menanam pohon sukun. Tidak banyak yang bisa dilakukan, air di PDAM juga mulai menipis saat ini,” katanya. 

Sementara itu, warga Bontoa yang tergabung dalam Aliansi Pemuda Tanah Gersang, Arung, menuturkan bahwa Pemda Maros mesti lebih serius lagi melihat persoalan yang dialami warganya dari tahun ke tahun itu. Pembangunan tandom air dengan kapasitas 35 kubik, dianggapnya sama sekali bukan solusi dikarenakan tidak berkorelasi dengan jumlah penduduk serta kebutuhan air sebanyak 28 liter perdetiknya. 

“Tandom dengan daya tampung hanya 35 kubik tidak akan pernah cukup untuk memenuhi kebutuhan air 28 ribu lebih jiwa. Apa lagi sumber air dari tandom tersebut hanya mengandalkan air dari sumur bor,” ujar koordinator Aliansi Pemuda Tanah Gersang itu. 

Lanjut Arung, Pemda Maros mestinya membangun kolam regulasi seperti di Nipanipa Antang, kota Makassar atau membuat rekayasa pipa di Sungai Maros bagian Kecamatan Turikale dan Batu Bassi, Kecamatan Bantimurung. 

“Dari hasil diskusi dengan sejumlah tenaga ahli dibidangnya juga observasi yang dilakukan berkali-kali. Pemda Maros sudah seharusnya membangun kolam regulasi, rekayasa pipa atau bahkan bendungan agar empat Kecamatan lain juga bisa terpenuhi. Kasihan kami warga, setiap tahunnya harus menyiapkan uang sedikitnya Rp 200 ribu guna membeli air untuk kebutuhan selama 10 hari saja,” katanya.(*)


BACA JUGA