Mentan SYL Ajak Presiden Jokowi Berdialog dengan Petani dan Panen Padi di Maros

Kamis, 30 Maret 2023 | 12:45 Wita - Editor: Dilla Bahar - Reporter: Muhammad Yusuf - GoSulsel.com

MAROS, GOSULSEL.COM – Presiden Joko Widodo turun ke sawah di hari yang terik. Bersama menteri pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) dia datang secara khusus untuk berdialog dengan petani sekaligus melakukan panen raya padi di Kelurahan Bajipamai, Kecamatan Maros Baru, Kabupaten Maros.

Jokowi menilai produksi lahan pertanian di Maros cukup baik jika dibandingkan daerah lain. Meskipun produktivitas turun dari 6 ton per hektare menjadi 5,5 ton padi per hektare.

pt-vale-indonesia

“Sawah di sini sudah terendam (banjir) dua kali sehingga menurunkan produksinya,” ucapnya.

Mantan gubernur DKI Jakarta itu berharap Maros tetap bisa menopang Sulsel surplus beras 2 juta ton. Jokowi meminta penggilingan padi modern (modern rice milling plant) bisa segera dibangun di Sulsel.

“Saat ini baru ada di Sumatera. Ada juga di Jawa,” tuturnya.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mengatakan, pihaknya akan melakukan pendampingan, akses pembiayaan, dan intervensi teknologi mekanisasi.

“Saya katakan disini harus kita support dari semua pihak. Saya berharap perbankan juga masuk secara masif untuk mempermudah layanan KUR,” katanya.

Panen padi di Sulsel pada Maret 2023 mencapai 139.622 hektare dengan prakiraan produksi 692.911 ton gabah kering giling (GKG) atau setara 399.085 ton beras. Sedangkan untuk perkiraan panen padi April mendatang mencapai 174.609 hektare dengan prakiraan produksi mencapai 869.113 ton GKG atau setara 500.839 ton beras.

Adapun untuk Mei, perkiraan panen padi mencapai 85.576 hektare, dengan produksi mencapai 422.188 ton GKG atau setara 243.481 ton beras.

Secara umum, Sulsel memiliki luas baku sawah 654.818 hektare dengan luas panen mencapai 1.038.084 hektare dan produksi padi mencapai 5.360.169 ton GKG atau setara 3.075.860 ton beras.

Salah satu petani, Muhammad Arfah mengatakan, saat ini harga gabah basah berada di kisaran Rp5.200 per kilogram. Sebelumnya mencapai Rp5.700 per kilogram.

“Tapi ini kan lagi musim panen. Stok gabah mulai banyak, otomatis harganya menurun. Dengan harga segitu belum bisa menutupi biaya produksi,” jelasnya.

Ia menyebut produksi tahun ini menurun jika dibandingkan tahun lalu. “Produksi sebelumnya bagus. Tapi ini kan curah hujan tinggi, sudah dua kali menanam dan kena banjir terus. Kerugian jika dinominalkan, bisa mencapai Rp1 juta untuk satu hektarnya,” bebernya.(*)


BACA JUGA