(FOTO: Pelapak sepatu cakar di pinggiran jalan raya di kota Makassar/Rabu, 28 September 2016/Marwan Paris/GoSulsel.com)

Suka Duka Para Pelapak Sepatu Bekas di Makassar

Kamis, 29 September 2016 | 19:27 Wita - Editor: Irwan Idris - Reporter: Marwan Paris - GoSulsel.com

Makassar, GoSulsel.com — Membangun sebuah usaha terkadang tak hanya sekedar mengecap hasil manisnya saja. Hambatan dan tantangan mesti pula didera demi suatu usaha mencari secuil rejeki meski hal itu dari sebuah barang bekas.

Suka duka menjalani usaha lapak sepatu bekas dari modal yang tak sedikit hingga melayani barbagai macam ocehan pembeli tiap harinya, telah diresapi Ibu Dahlia, seorang pedagang lapak sepatu bekas di bantaran Jalan Hertasning.

Ibu Dahlia memulai usahanya dengan modal tiga sampai empat jutaan. Memesan barang dari seorang distributor cakar di salah satu pasar di Makassar. Kemudian ia menungggu barang tersebut datang yang katanya dikirim dari seorang agen dari Kendari.

“Modalnya untuk satu ball cakar sepatu itu tiga sampai 4 empat jutaan. Itu dipesan dari distributor Makassar. Orang kedua setelah di impor dari luar. Katanya dikirim dari Kendari,” kata Dahlia kepada GoSulsel.com, Selasa (27/9/2016).

Untuk jumlah barang, lanjutnya, satu bal itu isi tiga karung, satu karung itu isinya ada puluhan pasang sepatu. Dan kalau sudah dipesan, ia tidak tahu isinya apa atau bagaimana kondisi barangnya.

“Datangpi itu barangnya baru ditahu setelah dibuka. Semuanya tergantung barangnya juga, misalnya kalau ada lecet sedikit bisa diperbaiki. Mesti pi dicuci dulu, karena pas waktu dibuka dalam karung kotor sekali. Terkadang ada yang bagus ada jugami sudah rusak. Mestipi dilem atau diperbaiki dulu. Dibelikan lagi talinya kalau tidak ada talinya. Pertamanya ketika baru dibuka kelihatan barang tidak menarik, orang tidak minat beli kalau langsung dijual begitu,” terang Dahlia.

Dengan kondisi seperti itu, ibu Dahlia ungkap mesti keluarkan budget lebih untuk mempoles sepatu bekas sehingga layak untuk dijual kembali. Semua barang yang diterimanya tergantung rejekinya lagi. Dapat barang yang bagus atau tidak.

“Yah.. tergantung reseki juga. Ada bagus, ada rusak, terkupas kulitnya macam-macam lah. Terkadang juga orang tidak tahu, konsumen asal bilang cakar-cakar tapi belum tahu kalau ada yang rusak. Jadi ditutupi mami harganya. Kita keluarkan lagi biaya untuk lem, disimer untuk sepatu kulit, dicuci, dibelikan tali kalau tidak ada talinya,” tuturnya.

Halaman:

BACA JUGA