Facade Rumah Kopi Angkasa yang dibuat pada tahun 2011. (Foto: Iskandar Achmad/gosulsel.com).

Kopi Legenda dan Kisah Kakek Tua yang Setia

Selasa, 08 September 2015 | 07:30 Wita - Editor: Nilam Indahsari -

Halaman 1

Usia Rumah Kopi Angkasa yang terletak di Jalan Urip Sumoharjo sudah tak muda lagi. Namun tak banyak yang berubah di dalam dapurnya. Gentong, penyuling air, hingga penyaring kopi adalah perkakas lama. Rata-rata peralatan meracik kopinya terbuat dari tembaga yang jika rusak akan mudah diperbaiki. Kopinya pun tak berubah.

“Jenis kopi robusta yang biasa disajikan di rumah kopi ini semenjak dulu didatangkan dari Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, kemudian diolah sendiri,” kata Ali’, penerus usaha rumah kopi milik bapaknya, Aping.

Lebih lanjut Ali’ berkisah, dulu rumah kopi yang mulai berjualan kopi di tahun 1970-an ini ramai disinggahi para pekerja timah. Mereka menyempatkan diri mampir ketika hendak pergi maupun pulang dari tempatnya bekerja di sekitar pelabuhan. Mereka adalah teman-teman bapaknya yang pula penyuka kopi.

“Awalnya bapak cuman senang berkumpul bersama teman-teman yang suka minum kopi. Karena kegemaran itu makanya selain senang kumpul, bapak berpikir untuk membuat usaha warung kopi saja,” tutur Ali’ kepada GoSulsel saat disambangi di rumah kopinya, Kamis (27/8/2015).

Rumah kopi yang membuka pintunya pukul 7 pagi ini kemudian tak hanya dikenal sebagai tempat minum kopi semata pada masanya. Tapi juga tempat bersenda gurau dan berkumpulnya para akademisi, politisi, dan pekerja dengan berbagai keterampilan.

Halaman 2
Dapur Rumah Kopi Angkasa yang tak banyak berubah. (Foto: Iskandar Achmad/gosulsel.com).

Dapur Rumah Kopi Angkasa yang tak banyak berubah. (Foto: Iskandar Achmad/gosulsel.com).

“Kalau saya tidak salah, sekitar tahun 97, 98 dulu Pak Prof Qasim Mathar sering ke sini minum kopi sambil diskusi sama temannya,” kata Ali’, mengira-ngira.

Di tengah suara lalu-lalang kendaraan bermotor yang terkadang memekakkan telinga, di dalam rumah kopi ini masih tampak peneguk-peneguk kopi duduk di atas kursi kayu rumahan. Mereka masing-masing menghadapi secangkir robusta pekat tanpa merek di atas meja bermaterialkan semen yang sudah tampak kusam.

“Saya suka di sini, kopinya lumayan enak karena agak pekat,” ujar Arif (47), salah seorang peneguk setia kopi di Angkasa.

 

Reporter: Sahrul Ramadhan – GoSulsel.com


Rumah Kopi Angkasa
Rumah Kopi Angkasa
Dapur Rumah Kopi Angkasa yang tak banyak berubah. (Foto: Iskandar Achmad/gosulsel.com).

LIHAT JUGA