Tari Paduppa, Pulau Sanrobengi
Tari Paduppa yang digelar pada saat Festival Sanrobengi di Pulau Sanrobengi. (Foto: Andi Dahrul Mahfud/GoSulsel.com)
#

Sanrobengi, Pulau Dukun yang Terbuang dari Tana Toraja

Senin, 02 November 2015 | 09:01 Wita - Editor: Nilam Indahsari - Reporter: Andi Dahrul Mahfud - GoSulsel.com

Halaman 1

Takalar, GoSulsel.com – Segala ingar-bingar yang memeriahkan Festival Sanrobengi telah usai. Namun sayang jika tak mengenal sedikit sejarah tentang Pulau Sanrobengi sendiri.

H Abdul Rahman, Kepala Puskesmas Galesong, yang tampak murung mengingat runtuhnya Puskesmas pembantu di pulau itu, Sabtu (31/10/2015) sekitar pukul 2.20 siang, bersedia bercerita tentang sejarah pulau ini.

H Beddu–demikian ia akrab disapa–pun bertutur. Menurutnya, sebelum menyandang nama Sanrobengi, pulau ini telah dihuni oleh beberapa penduduk. Dan pada suatu ketika penduduk itu mengalami masa kritis. Mereka diserang penyakit yang tak bisa sembuh. Akhirnya, sebuah kapal berlabuh di malam hari.

Seorang lelaki bernama Mappaonri Daeng Passallang dari kapal itu lantas membantu mereka mengatasi penyakit yang diderita. Penduduk pulau pun merasa ada perubahan dan akhirnya mereka pun sembuh. Kabar kesembuhan warga itu lalu terdengar hingga ke luar pulau.

Hal itu sontak membuat para penghuni pulau dan sekitarnya percaya lelaki itu memiliki kelebihan. Akhirnya orang-orang menjulukinya “Sanro” yang berarti dukun obat. Akhinya, warga Galesong menyebut pulau itu sebagai Sanrobengi yang artinya dukun yang bisa menyembuhkan di malam hari.

Halaman 2

“Jadi nama Sanrobengi diambil berdasarkan panggilan warga pulau seberang di Galesong. Jadi orang dulu dari berbagai pulau datang ke sini untuk berobat hingga akhirnya mereka sendiri yang namakan pulau ini sebagai Pulau Sanrobengi yang berarti pulau dukun yang bisa mengobati di malam hari,” kisah H Beddu kepada GoSulsel.com, Sabtu (31/10/2015).

Lebih lanjut, H Beddu bercerita jika dirinya adalah keturunan ke-7 dari Sanrobengi. Dan menurutnya, kakek moyangnya itu dulu tinggal di istana yang merupakan saudara Raja Tana Toraja. Ia lantas terusir dari istana lantaran tak setuju dengan pemerintah yang dijalankan oleh saudaranya. Kala itu, saudaranya ingin melakukan kerja sama dengan penjajah. Kakek moyangnya pun akhirnya pergi dan mengucap sumpah untuk tak kembali. Ia pun merantau ke Selayar dan akhirnya berlabuh di pulau ini.

“Jadi saudara raja (si Sanro) itu bersumpah untuk tidak kembali ke istana tempat kakaknya bertahta. Jadi berangkatmi ke Selayar dan datang ke pulau Kecamatan Galesong yang bernama Sanrobengi,” tuturnya.

Lebih lanjut H Beddu menjelaskan, di Selayar, lelaki itu meraih lagi julukan Sanro dan mendapat gelar Opu yang berarti orang yang dianggap berpengaruh di Selayar. Berselang kemudian, lelaki itu meninggalkan Selayar dengan maksud untuk mengelilingi pulau. Di tengah kesedihan, warga Selayar memberi ole-ole berupa 100 biji kelapa yang kemudian ditanam oleh lelaki itu di Pulau Sanrobengi.

“Dulunya banyak sekali pohon kelapa di sini, bahkan melebihi perkiraan orang sekarang. Pokoknya pulau ini paling banyak memproduksi kelapa. Tapi karena tak terurus, akhirnya pohon kelapa berguguran dan tidak tumbuh lagi,” kenang H Beddu.

Halaman 3

Di pulau inilah, Sanro itu bermukim hingga akhirnya dimakamkan. Lokasi pemakamannya berada di tengah-tengah pulau dengan bentuk yang cukup sederhana yakni dengan tumpukan batu tanpa nama.

Meski namanya telah terukir dalam sejarah, namun tak satupun keturunan dan warga yang mendapatkan warisan ilmu pengobatan itu hingga saat ini. Hanya saja keturunan ke-7nya, H Beddu, memperoleh ilmu pengobatan saat menimba ilmu di Fakultas Kesehatan Universitas Hasanuddin. H Beddu pun diangkat jadi Kepala Puskesmas Galesong sebagai penanggung jawab pelayanan kesehatan.

Tiap tahun di pulau ini diselenggarakan Festival Budaya yang diadakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Takalar. Tujuannya untuk melestarikan Sandrobengi sebagai lokasi yang penuh budaya, tradisi, dan hasil laut yang sangat terkenal, seperti Apparu Patturangi, tarian adat, dan penghasil ikan terbang dan sotong.


BACA JUGA