#Makan Siang Apa Hari Ini?
Coto Paraikatte & Cerita tentang Hati yang Hancur di Pettarani
Halaman 1
Makassar, GoSulsel.com – Ternyata di Coto Paraikatte ada hati yang hancur. Hati itu adalah milik sapi yang dijadikan bahan utama makanan khas Makassar ini. Dan itulah yang jadi pembeda coto yang pusatnya terletak di Jl AP Pettarani (samping Pom Bensin yang berada di seberang Jl Boulevard).
“Pada dasarnya coto samaji. Yang bikin beda itu kuahnya. Kuahnya kita pake hati sapi hingga hancur. Bukan cuma hatinya saja, tapi ada paruh dan banyak lagi. Itu agar pada saat menyeruput air kuahnya, butiran-butiran daging bisa terasa tentunya,” ungkap Gau, kasir sekaligus kerabat pemilik Coto Paraikatte, kepada GoSulsel.com, Senin (16/11/2015).
Paraikatte berarti “sesama atau bersama kita” yang bermakna ada ikatan yang didasari oleh kesamaan asal, daerah, dan keluarga. Nama ini dipilih oleh H Nara yang merupakan peneroka Coto Paraikatte pada tahun 1980-an. Dari tangannya-lah bermula coto yang aroma rempah-rempahnya menghipnotis pengguna jalan di depannya untuk mampir.
Menurut Gau, ia sangat kewalahan saat menghadapi para pelanggan yang singgah itu ketika matahari baru terbit setengah.
“Kalau pagi, di sini cukup ramaimi. Kalangan orang kantor sih kurang, tapi biasanya yang singgah di sini rata-rata orang yang bawa koper besar. Mungkin mau ke bandara itu. Nah biasa jam segituji mulaimi banyak orang makan sampai siang,” kata Gau.
Halaman 2
Lebih lanjut Gau mengatakan, dalam sehari Coto Paraikatte bisa menghabiskan 400-500 lebih mangkuk. Jumlah itu dicapai dengan berjualan sejak pukul 5 subuh hingga pukul 12 malam.
Jumlah mangkuk itu bisa memberi gambaran betapa laris dan tenarnya Coto Paraikatte ini. Saking terkenalnya, puluhan artis dan pejabat pemerintah pernah santap siang di lokasi ini. Seperti Once mantan Dewa 19, Deddy Mizwar, Indra Sinaga Lyla, serta Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo.
Meski telah begitu tenar, namun harga yang disajikan pun relatif cukup terjangkau. Dengan merogoh kantong Rp 16 ribu, Anda sudah bisa menikmati kuliner kaya sejarah ini per-mangkuknya.
“Harganya permangkuk itu Rp 16 ribu, kalau daging saja. Tapi kalau campur kayak daging, otak, paruh, dan lain-lain, itu ditambah Rp 1 ribu, jadinya Rp 17 ribu permangkuk,” jelasnya.
Halaman 3
Yang tak kalah pentingnya, jika ingin menyantap kuliner ini, mesti ditemani oleh
ketupat yang dijeburkan ke dalam kuah bersama daging. Harga ketupatnya pun sangat murah yakni Rp 1 ribu rupiah per biji. Untuk menambah cita rasanya agar jadi segar, cukup memeraskan jeruk nipis. Dan pelengkap yang tak kalah penting adalah sambal tauconya.
Kini, Coto Paraikatte tak hanya bisa kita jumpai di Jl AP Pettarani, tapi juga di Jl Perintis Kemerdekaan. Itu karena sudah ada cabang dari hasil kerja keras H Nara dan para karyawannya.
Ini foto-fotonya yang lain:
Halaman 4