Suriadi Mappangara, Perjanjian Bungaya, Perang Bone, Perang Somba Opu, Perang Buton, Perang Somba Opu II, VOC, Kerajaan Gowa, Sultan Abdul Khair Sirajuddin, Sultan Bima, Hanta Ua Pua
Ilustrasi Perjanjian Bungaya. (Ilustrasi: buihkata.blogspot.com)

Perjanjian Bungaya & Kisah Raja Bima yang Terpinggirkan

Selasa, 22 Desember 2015 | 13:51 Wita - Editor: Nilam Indahsari - Reporter: Andi Dahrul Mahfud - GoSulsel.com

Sejarawan H Abdullah Tayib BA dalam bukunya Sejarah Bima Dana Mbojo menulis, persekutuan kerajaan Bima dengan Gowa patut tercatat dalam sejarah. Keterlibatan Abdul Khair Sirajuddin dengan Pabise adalah sumbangan berarti bagi Sultan Hasanuddin. Semua itu terbukti dan dikukuhkan oleh dokumen sejarah dan tersimpan dalam arsip sejarah lokal dan regional.

Selama ini belum ada upaya untuk mengangkat ke permukaan. Hingga kini Sultan Abdul Khair Sirajudin, Sultan Kerajaan Bima, yang pernah membantu Sulawesi Selatan dalam perampasan oleh VOC seolah dilupakan.

pt-vale-indonesia

“Perjanjian Bungaya 18 November 1667 dijadikan sebagai alat legitimasi keberadaan Belanda di Sulawesi Selatan. Perjanjian ini memiliki sejarah yang panjang. Pasal demi pasalnya yang bertauan dalam perjanjian itu yakni 30. Mau tidak mau, harus menyetujui perjanjian tersebut, demi sebuah rakyat,” ujar Suriadi Mappangara.

Suriadi juga membahas sekilas tentang persekutuan sejumlah kerajaan di Bumi Turatea dengan VOC. Persekutuan itu untuk menumbangkan kekuasaan Kerajaan Gowa yang ujungnya menguntungkan VOC dalam monopoli perdagangan.

Halaman: