Jadwal Pelaksanaan Ma’nene, Upacara Adat Membersihkan Mayat di Toraja

Selasa, 06 September 2016 | 11:23 Wita - Editor: Irwan Idris - Reporter: Lisna (Toraja Utara) - Go Cakrawala

Sebelum mayat dikeluarkan dari tempatnya (liang atau patane) masyarakat harus memotongkan hewan sebagai sesembahan (babi, kerbau). Hewan yang dipotong tersebut dimasak dan disantap di kawasan kuburan.

“Konon katanya menurut kepercayaan Aluk Todolo, hewan yang dipotong itu dimakan dan dihabiskan di tempat itu juga dan tidak boleh dibawah kembali ke rumah karena bisa membawa sial,” urai Papa Moge.

pt-vale-indonesia
(FOTO: Ritual adat Ma'nene berlangsung di Toraja Utara/Rabu, 31 Agustus 2016/Lisna Boriallo/GoSulsel.com)

(FOTO: Ritual adat Ma’nene berlangsung di Toraja Utara/Rabu, 31 Agustus 2016/Lisna Boriallo/GoSulsel.com)

“Tapi kita kan sudah menganut agama  kepercayaan” jadi tidak apa-apa jika dibawa kembali,” tambahnya.

Mereka mengeluarkan peti-peti dari dalam Patane lalu diletakkan berjejer di depan makam. Setelah itu, semua peti dibuka dan mayat-mayat yang berada di dalam peti dikeluarkan untuk dijemur, dibersihkan, dan diganti pakaiannya. Banyak di antara mayat-mayat tersebut yang tinggal tulang-belulang, tetapi tidak sedikit juga yang masih utuh alias jadi mummi walaupun telah berpuluh atau beratus tahun dimakamkan.

Setelah itu, mayat tersebut diangkat keluar dan mulai dibersihkan dari atas kepala hingga ujung kaki dengan menggunakan kuas atau kain bersih. Setelah itu, barulah mayat tersebut dipakaikan baju baru dan kemudian kembali dibaringkan di dalam peti. Dalam ritual tersebut, mayat yang telah dikeluarkan dari peti akan dibersihkan dan didandani layaknya mereka hendak pergi ke sebuah pesta.

Ritual Ma’nene ini sudah turun temurun dilakukan Orang Toraja dan mereka yakin bahwa merawat orang yang telah meninggal dunia, tidak jauh lebih mulia dari merawat kekerabatan dengan orang yang masih hidup.(*)

Halaman: