Hari Guru, Ini Pesan Ketua STIE Wira Bhakti Makassar

Jumat, 25 November 2016 | 13:05 Wita - Editor: Irfan Wahab - Reporter: Citizen Reporter

Perubahan nama organisasi Guru dengan penegasan “Indonesia” tentu tidak menyenangkan pihak Belanda. Pada zaman pendudukan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas.

Namun, ini tidak membuat semangat para guru menjadi pudar. Mereka tetap melakukan aktifitasnya untuk mengajari para pejuang dan warga Indonesia sehingga tidak mudah diperdaya oleh penjajah. “Mereka memang tidak menganngkat senjata, namun bagi saya guru itu gelarnya melebihi pahlawan,” jelas Aman sapaan akrab Andi Mustaman.

pt-vale-indonesia

Tak hanya sampai meraih kemerdekaan, guru juga punya peran penting dalam masa awal mempertahankan kemerdekaan. “Bayangkan, saat tahun 1945 usai proklamasi, lebih dari 90% orang Indonesia tidak bisa baca tulis. Para guru turun tangan berantas buta huruf ini,” tegas Aman.

Ketua Yayasan Bhakti Bumi Persada yang membina STIE Wira Bhakti Makassar ini, menyampaikan pada saat ini kondisi guru sudah mengalami kemajuan jika dibandingkan dengan era pra-reformasi. Namun demikian, belum semua guru tersejahterakan secara merata.

“Terutama para guru yang berada di daerah-daerah atau pelosok negeri. Pemerintah harus berupaya untuk meningkatkan status baik secara ekonomi mupun penghormatan bagi para guru Indonesia. Perbedaan status guru negeri dan honorer juga menambah panjang persoalan-persoalan seputar guru Indoonesia saat ini,” imbuh Aman.

Halaman:

BACA JUGA