Seperti Ini Pandangan M Rajab Terkait Budaya Literasi di Sulsel

Rabu, 22 November 2017 | 15:43 Wita - Editor: Irwan Idris - Reporter: Muhammad Fardi - GoSulsel.com

Makassar, Gosulsel.com – Anggota DPRD Sulsel, M Rajab menilai Literasi sebagai kegiatan manusia yang didasarkan dari keinginan mencari tahu informasi dan pengetahuan, yang kemudian dijalankan dalam bentuk membaca dan menulis.

Hal tersebut disampaikan M Rajab saat didaulat sebagai pembicara bersama Pegiat Literasi Sulsel Sulham Yusuf dan Pustakawan Dinas Perpustakaan Kota Makassar, Tulus Wulan Juni dalam diskusi Kota Dunia Ramah Literasi di Aula Graha Bakti, Jl. A Mappanyukki, Selasa (21/11/2017).

pt-vale-indonesia

Menurutnya, perkembangan Literasi di “zaman now” ini tidak bisa lagi diartikan sempit, literasi sekarang ini bukan sekedar membaca dan menulis, tetapi juga merupakan langkah dalam menangkap dan menemukan ide-ide dari setiap hal yang dibaca. 

Lalu seperti apa pandangan seorang Aktivis yang sekarang merangkap jadi politisi ini terkait fenomena budaya literasi di masyarakat Indonesia khsusnya di Sulawesi Selatan.

Mengawali pandangannya, M. Rajab mengungkapkan buku dan ruang publik sebagai sarana literasi menjadi suatu keniscayaan yang harus disediakan oleh pemerintah agar masyarakat terdorong untuk mencintai literasi. Saat ini, literasi harus menjadi gerakan kebudayaan. 

“Mari kita tengok salah satu instrumen pembudaya literasi yang memiliki peran begitu penting yakni perpustakaan. perpustakaan baik yang dimilik daerah kota ataupun provinsi, sangat minim peminat,” kata M Rajab saat didaulat sebagai pembicara dalam diskusi Kota Dunia Ramah Literasi di Aula Graha Bakti.

Selain itu, Rajab juga menyoal ketersediaan buku. Jumlah toko buku dalam kota-kota di Sulsel terbilang masih sedikit. Masih didominasi oleh toko-toko besar yang membanderol harga tinggi. Penjaja buku indie pun jarang, yang tersedia hanya buku-buku populer. Hal ini tentunya disebabkan oleh pasar. Bahkan, sangat sulit menjumpai tempat penjualan buku-buku bekas yang edisinya sudah lampau. Padahal tempat-tempat semacam ini sangat berguna bagi kelangsungan budaya literasi kita di Sulsel.

Kilasan-kilasan tersebut pun membuat M Rajab menyimpulkan bahwa wajah literasi di Sulsel masih buruk, namun meski demikian menurut M Rajab rupa yang buruk itu janganlah membelah cermin. Mari kita ‘polesi’ bersama-sama, guna menjembatani kesenjangan-kesenjangan literasi yang ada.

“Perlu kebersamaan untuk memperbaiki budaya literasi di daerah kita. Apakah itu di Sulsel, masih mau terus dilabeli oleh masyarakat luar kota sebagai masyarakat berbudaya belanja? Ini sudah saatnya kita beranjak, menuju masyarakat berbudaya membaca, sebagai tema diskusi kita bagaimana mewujudkan Kota Dunia Ramah Pembaca.

Kalau Pemerintah kurang maksimal dalam menyediakan fasilitas sarana literasi itu dikarenakan adanya keterbatasan regulasi. Olehnya, saya sendiri sebagai Legislator akan terus berupaya mendorong Peraturan Daerah (Perda) dan Mendukung Pembiayaan terkait dengan gerakan literasi,” terang mantan Ketua HMI Cabang Palopo ini. (*)


BACA JUGA