Sulsel Impor Bahan Baku Sutera dari Cina

Senin, 27 November 2017 | 13:21 Wita - Editor: Baharuddin - Reporter: A Nita Purnama - GoSulsel.com

Makassar, Gosulsel.com – Sulawesi Selatan mengimpor sumber bahan baku sutera dari Cina. Hal tersebut merupakan kebijakan baru dari pemerintah Indonesia dengan membuka kesempatan kepada petani sutera untuk memperoleh bahan baku dari luar negeri.

Kepala Dinas Perindustrian Sulsel Ahmadi Akil mengatakan bahwa ekspor sutera Sulawesi Selatan tetap berjalan. Namun yang menjadi persoalan serius yaitu ketersediaan bahan bakunya di Indonesia.

pt-vale-indonesia

“Selama ini ekspor sutera kita tetap berjalan. Yang jadi soal bahan bakunya karena bahan bakunya impor, benangnya dari Cina dan India,” jelasnya.

Sulawesi Selatan menjadi salah satu basis industri persuteraan di Indonesia. Wilayah yang merupakan daerah penghasil sutera di Sulsel yaitu Soppeng, Wajo, dan Enrekang.

Sutera merupakan salah satu komoditi ekspor yang sangat penting bagi Indonesia. Perkembangan pasar dalam negeri maupun luar negeri yang terus meningkat dibarengi upaya peningkatan produksi dengan memanfaatkan teknologi.

Yang tepat salah satunya adalah dengan meningkatkan bahan baku sutra yang tentunya berawal dari tersedianya bibit ulat sutra atau telur ulat sutra yang sehat sehingga kualitas pohonnya akan baik sesuai dengan harapan

Melihat kondisi ini, pemerintah membuka ruang kebijakan yang memperbolehkan impor kokon. Hal tersebut diharapkan bisa memacu pertumbuhan sutera di Sulsel.

Ulat sutera saat ini telah diperjuangkan dengan kerjasama antara Industri Kecil Menengah (IKM) Sutera dan pemerintah untuk mengupayakan mendatangkan telur ulat sutera dari Cina sebagai langkah awal untuk memulai kembali pengembangan sutera di Sulawesi Selatan.

“Sebanyak 300 box kokon yang diimpor dari Cina. Yang sudah berjalan 50%, sisanya masih ada di pergudangannya. Satu dos kokon bisa menghasilkan 4 kg benang sutera,” ujarnya.

Ahmadi mengungkapkan harapannya agar produksi sutera lebih baik dari tahun sebelumnya. Kualitas kokon lokal juga sama baiknya dengan kualitas daei luar negeri, namun masih harus diperbaiki.

“Harapan kita lebih baik dari tahun sebelumnya. Sebelumnya impor kokon tidak diperbolehkan sehingga petani mengunakan kokon dalam negeri yang dianggap kualitasnya belum bisa menyamai kokon dari luar. Kemenperin sudah adakan uji coba di luar Sulsel, kokon kita sebenarnya bagus namun kualitas harus diperbaiki,”katanya.(*)


BACA JUGA