Milad HMI ke 71, Ini Harapan Jubir IYL-Cakka

Selasa, 06 Februari 2018 | 07:03 Wita - Editor: Baharuddin -

Makassar,GoSulsel.com – HMI itu sekolah alternatif, kampus kedua mahasiswa Islam. Mereka yang pernah mengecap dengan sungguh-sungguh ruang kaderisasi di HMI, hari ini pasti merasakan dampaknya. 

Militansi dan nilai kejuangan senantiasa menjadi spirit bagi kadernya kapan dan dimanapun ia berperan. Ibarat ikan yang berenang di lautan bebas, ia tak ikut asin. Idealnya, HMI berdiri di kakinya sendiri, punya prinsip.

71 tahun tentu bukan usia yang muda lagi, sama tuanya dengan negara kita. Hal ini menjadi penanda bahwa perjalanan panjang HMI turut memberi warna pada jejak-jejak perlawanan bangsa mengahadapi gejolak dan tantangan zaman. Setidaknya, konstribusi HMI selalu dinantikan oleh bangsa dan negara ini. HMI sebagai kontrol sosial, sebagai kontrol moral mestinya masih menggema di setiap waktu. 

Ribuan bahkan jutaan kader telah dilahirkan oleh organisasi ini. Dari lintas profesi mulai dari pengusaha, pedagang, dokter, guru, dosen, politisi, hingga pejabat bupati, gubernur atau walikota dulunya pernah sekolah di HMI.

Namun kita tidak bisa menafikkan, kuantitas kader dan kebesaran nama HMI mulai tergerus. Kadang hal itu tak berbanding lurus dengan kenyataan. Bukan tanpa cacat, toh beberapa kader HMI juga sempat tekena kasus korupsi, kasus moral dan lainnya. Dan kita rasakan hari ini kader tak lagi lantang bersuara soal rakyat, tak lagi keras melawan tirani kekuasaan dan tegas menolak penindasan. 

HMI zaman now justru sebagian mulai sangat labil dan manja. Tak ada lagi ruang ruang otokritik sesama kader. Jangan-jangan kadernya tengah asyik beronani dengan pikirannya masing-masing. Cukup buat status di sosmednya, upload lalu komen dikiranya sudah revolusi, hehehe. Temannya kini adalah gadget. Gerakannya sangat mekanik. Rang-ruang kultural, kelompok-kelompok diskusi yang kini mulai berkurang.

Sungguh, tantangan HMI hari ini adalah gelombang modernisasi yang kian tak terbendung. Akses informasi yang begitu cepat seharusnya mampu difilter dan dikanalisasi secara cerdas oleh kader HMI. Tidak mudah terlena. Jangan mudah diprovokasi oleh isu sempalan. Bergeraklah karena nalar bukan karena emosi yang dibakar oleh hoax.

Indonesia kedepan membutuhkan generasi pelanjut yang kokoh. Yang mampu mengawal dan menjaga perjalanan bangsa agar tetap “on the track”. Indonesia yang bhinneka. Tidak tercerai berai. Dan itu menjadi tugas geberasi muda. HMI sebagai kawah candradimuka mestinya menyiapkan mesin yang baik buat itu.

71 tahun, HMI harus berani menarik garis tegas pro terhadap rakyat kecil. Kembali ke jalan menyuarakan misi keummatan kebangsaan. Ayo bangun dari tidur. Angkat benderamu anak muda! Panjang umur perjuangan. Dirgahayu HMI!

Henny Handayani
(Eks Ketua Umum Badko HMI SulSelBar)


BACA JUGA