Demi Idealisme, SYL Pilih NasDem, Pengamat: Jembatan ke Jenjang Nasional

Jumat, 23 Maret 2018 | 03:10 Wita - Editor: Baharuddin - Reporter: Mirsan - Go Cakrawala

Makassar,GoSulsel.com – Syahrul Yasin Limpo resmi bergabung dengan Partai NasDem. Keputusan ini menurutnya, untuk menjaga idealismenya sebagai politisi yang berjuang untuk kepentingan rakyat. 

“Nasdem merupakan partai yang mampu menampung harapan rakyat, tanpa mahar dan berupaya mewujudkan kemandirian bangsa. Saya butuh partai seperti itu, yang mau menerima aspirasi saya,” kata Syahrul saat ditemui di Bandara Sultan Hasanuddin, usai kembali dari Manado, Kamis 22 Maret. 

pt-vale-indonesia

Mantan ketua Bidang Kerawanan Sosial DPP Partai Golkar ini mengakui pilihannya bergabung ke NasDem bukan untuk mencari jabatan. Meski Ketua Umum NasDem, Surya Paloh menawarkan beberapa jabatan strategis. 

“Bukan berarti tidak mau jabatan apa. Saya tidak hitung di situ, yang penting mampu mengagregasi aspirasi saya. Sepanjang Nasdem berjuang untuk kemandirian bangsa, semua orang akan membutuhkan Nasdem,” lanjutnya.

Syahrul berjanji akan membawa pengalamannya sebagai birokrat yang dimulai dari lurah sampai Gubernur untuk berkarya di NasDem. Untuk itu, dirinya berharap diberi ruang lebih luas.  

“Saya lebih banyak pada konsep ideal bukan tidak mau dibawah pada kepentingan pragmatis. Biarkan saya bekerja untuk kepentingan yang lebih luas,” tegasnya. 

Pengamat politik Universitas Bosowa, Arief Wicaksono mengatakan keputusan SYL pindah ke NasDem terbilang lambat. Meski demikian, kepindahannya dari Partai Golkar merupakan keputusan yang sangat tepat. 

“Menurut saya langkah itu bisa menjadi semacam jembatan menapaki karir di pentas nasional, apalagi jika misalnya Pak JK sudah menjadi guru bangsa kedepan,” katanya. 

Dekan Fisipol Unibos ini mengakui Partai NasDem merupakan partai politik yang sedang bersiap menggantikan posisi Demokrat. Apalagi sudah menyatakan diri sebagai poros utama pendukung Jokowi. Sementara di Golkar, baik tingkat DPP maupun DPD Sulsel, kata Arief langkah SYL sebenarnya sudah diuji melalui forum munas Golkar di Bali, namun dewi fortuna belum merapat ke SYL. 

“Sehingga mau tidak mau SYL harus mengevaluasi kembali posisinya dan juga gerbong kekuatan politiknya di Golkar, meskipun Ayahanda beliau termasuk pendiri Golkar di Sulsel,” lanjutnya.

Sebagai partai yang mapan, Arif menyebutkan tGolkar Sulsel akan merasa kehilangan SYL. Namun idealisme dan pragmatisme politik SYL nampaknya belum mendapat apresiasi dari Nurdin Halid sebagai Ketua Golkar Sulsel saat ini. 

“Apalagi NH yang secara luas diketahui merupakan seteru abadi SYL tentu tidak tinggal diam, jika SYL dan gerbongnya masih tetap bermain di Golkar,” katanya. 

Hal yang sama diungkapkan oleh pengamat politik Universitas Muhammadiyah, Andi Luhur Prianto. Bergabungnya SYL ke Nasdem tak lain untuk menentukan masa depan karier politiknya.

“Tawaran Nasdem terlalu kuat untuk ditolak oleh SYL. Tentu pilihan untuk bergabung sudah dipertimbangkan matang-matang  dan strategis oleh tokoh sekelas SYL,” katanya.

Menurutnya, SYL  bisa membedakan betul, mana rekrutmen berbasis idealisme dan mana rekrutmen yang hanya untuk pragmatisme Pilkada serentak 2018.

Wakil Dekan III Fakultas Isipol Unismuh ini menyebutkan ujian pertama bagi SYL adalah memperjuangkan kemenangan usungan Nasdem, di semua langgam Pilkada Serentak 2018. 

Meskipun untuk situasi kontestasi Pilgub Sulsel 2018, pasti ada kompromi untuk sikapnya. Tetapi pilihan sikapnya bisa menjadi langkah awal bagi masa depan karier politik SYL di Nasdem.

“SYL seperti sudah kehilangan “sumange’ na ininnawa” berpolitik di Golkar, dua bagian vital kehidupan. Politisi memang harus berani “bunuh diri” untuk memulai “kehidupan baru” yang lebih memberi harapan,” pungkasnya. (*) 


BACA JUGA