Puasa Ramadan, Ajang Menahan Diri dan Tertib Politik

Rabu, 16 Mei 2018 | 01:06 Wita - Editor: Irwan Idris -

Bangun Tertib Politik dan Jangan Berpolitik Busuk

Filosofi menahan diri dan konsisten dalam melakukan puasa Ramadhan atau mungkin puasa-puasa yang lainnya maka sudah selayaknya menjadi orang yang mampu menahan diri dari apapun, terutama nafsu. Puasa memang menjadi sebuah metode atau cara yang diajarkan oleh agama untuk penganutnya agar bisa mengontrol dan mengendalikan diri dan nafsunya.

pt-vale-indonesia

Terkait dengan dunia politik, khususnya dalam menyambut Pilkada serentak dan Pemilu 2019 mendatang, diharapkan berkualitas, demokratis, dan bermartabat, yang dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi proses dan hasil yang dicapai. Dari sisi proses, pemilihan ini dinilai berkualitas jika berlangsung secara demokratis, aman, tertib dan lancar serta jujur dan adil.

Jika di lihat dari sisi hasil, pemilihan yang berkualitas harus dapat menghasilkan pemimpin yang bersih, berintegritas, berkarakter dan mampu mensejahterakan rakyat, serta dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia atau daerah dalam persaingan global atau pemimpin yang mampu mewujudkan cita-cita nasional.

Pilkada atau Pemilu yang akan datang seyogyanya bermuara pada upaya mewujudkan ‘tertib politik’ maupun tertib sosial. Kini rakyat memerlukan keseimbangan langkah untuk mewujudkan ketertiban dalam berpolitik dan keteraturan dalam bermasyarakat.

Sebaliknya, dengan memetik hikmah puasa, kita dapat menjauhkan diri dari perbuatan tercela. Jangan sekali-kali melakukan tidakan politik busuk
dalam bentuk penyebaran isu negatif (yang membusuk-busukkan satu pasangan calon) oleh suatu pihak. Bisa jadi yang menyebar isu negatif ataupun kampanye hitam atas pasangan calon tersebut adalah lawan tertentu dalam Pilkada, atau simpatisan lawannya.

Namun ada kalanya juga dari kalangan independen, yang benar-benar tidak memihak pada salah satu calon, tapi semata untuk menyelamatkan daerahnya agar tak jatuh ke tangan politikus yang rekam jejaknya terkenal memang busuk.

Secara akademik, sebenarnya arti dari pembusukan politik (political decay) seperti yang lazim dalam teori ilmu politik, yaitu gejala atau bahkan realitas yang merupakan implikasi dari praktik rumusan Lord Acton: power tend to corrupt, absolut power corrupt absolutely. Jadi, pembusukan politik merupakan kondisi ketika para aktor pada berbagai cabang kekuasaan negara telah menyalahgunakan kekuasaan, baik untuk kepentingan sendiri, kelompok, atau koalisi antarkelompok.

Hal lain dalam praktik politik busuk ini adalah tindakan melakukan ‘hoax’ dan fitnah dalam segala dimensinya, misalnya ulah politisi yang tidak punya kepatutan dan tidak paham etika politik, ber-ideologi abu-abu, dan selalu menggunakan segala cara untuk mendapatkan kekuasaan.

Secercah Harapan

Harapan kita semua, di dalam bulan yang magfirah ini, kita harus mampu ‘menahan diri’, sehingga pada gilirannya setelah berpuasa penuh selama satu bulan maka kita seharusnya sudah menjadi orang yang berbeda dan lebih baik dari sebelum berpuasa Ramadhan.

Satu tahun tak terasa, Ramadhan pun telah kembali lagi. Mudah-mudahan yang dilalui dan dilakukan menjadi kebaikan di bulan suci ini. Marhaban ya Ramadhan – Selamat memasuki bulan suci Ramadhan 1439 H, semoga senantiasa amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT. Amin.(*)

Abdul Rivai Ras
Founder BRORIVAI CENTER

Halaman:

BACA JUGA