Menengok Tradisi ‘Peca’ Asyura 10 Muharram Maros

Kamis, 20 September 2018 | 17:57 Wita - Editor: Irwan AR - Reporter: Muhammad Yusuf - GoSulsel.com

Maros – Membuat bubur asyura atau akrab disebut “peca” yang jatuh pada 10 Muharram masih menjadi tradisi kental ditengah masyarakat muslim Sulawesi Selatan, tidak terkecuali di Maros.

Warga Kelurahan Soreang, Kecamatan Lau, Maros misalnya, terlihat masih sangat begitu kental tradisi 10 Muharram ini. Hampir seluruh warganya membuat bubur yang dilengkapi aneka lauk-pauk dan buah-buahan dan kemudian dibawah ke Mesjid Nurul Jamaah Lingkungan Soreang untuk disantap bersama dan dibagikan, Rabu (20/9/2018).

pt-vale-indonesia

Setiap rumah tangga dihimbau untuk membawa peca’ ke Mesjid. Tibanya tidak serta merta disantap, mesti di “suro baca” terlebih dahulu atau prosesi baca doa. Setelah berdoa bersama, barulah peca yang dikemas dalam mangkuk, piring dan lainnya kemudian dibagikan kepada warga.

Tidak hanya beraneka lauk-pauk, tapi juga berpariant warna yang sangat menarik, utamanya bagi anak-anak. Hal itupun, menjadi lebih meriah saat anak-anak berebut mangkuk dan piring peca’ tersebut.

“Tradisi ini sudah dijalani turun-temurun untuk memperingati perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan syi’ar Islam,” kata pemgurus Mesjid, Suardi.

Bagaimna tidak menjadi rebutan anak-anak, selain karena peca yang di hiasi dengan telur dadar warna warni, tumpi-tumpi (ikan yang dihaluskan dicampur dengan kelapa) beraneka bentuk, udang, perkedel, kentang, dan buah-buahan.

Dalam pembuatan peca itu tidak ada paksaan, siapa yang memiliki kemampuan ekonomi akan memberikan porsi yang lebih banyak. (*)


BACA JUGA