Ini 6 Penyair Perempuan Terkeren di Sulsel

Sabtu, 17 November 2018 | 16:46 Wita - Editor: Irwan AR -

GOWA, GOSULSEL.COM — Tumbuhnya komunitas literasi dan banyaknya kegiatan literasi salah satunya berdampak pada lahirnya penulis-penulis dari generasi milineal.

Perkembangan teknologi informasi juga turut menyebarkan wabah literasi tersebut, khususnya salah kategori di sastra yakni puisi. Walaupun bidang ini digeluti baik laki-laki maupun perempuan. Apalagi bila melihat beberapa terbitan kumpulan puisi yang terbit di Makassar, banyak potensi besar yang menerbikan harapan kedepannya.

pt-vale-indonesia

Gosulsel.com, mencoba mengulik siapakah penyair perempuan di Sulsel yang saat ini keren dari beberapa narasumber penyair yang dihubungi pekan ini, seperti Aslan Abidin, Muhary Wahyu Nurba, Andhika Mappasomba dan Shinta Febriany. Mereka pun menyebut beberapa nama, berdasarkan produktifitas, konsistensi pada dunia kepenyairan dan perkembangan kekhasan cara ucapnya.

Nah, penasarankan? Yuk kita mengenal lebih jauh mereka. Beberapa sering berseliweran beritanya di media maupun sosial media. Atau mengisi beberapa acara sastra akhir ini, namun ada juga yang mungkin baru diketahui. Simak di bawah ini:

1. ANIL HUKMA

Perempuan yang paling diingat namanya oleh penyair-penyair dari generasi sebelumnya ini, dari penulusuran gosulsel.com di beberapa laman yang memuat profil penyair dari Unhas ini, seperti webblog badaruddin Amir -seorang penyair dari Barru- dan sebuah situ Indoensia Tera. Anil Lahir di Kassikebo kota Maros, 1 September 1970. Menulis puisi sejak SMP, tulisannya berupa puisi, cerpen dan esai sastra yang dimuat pada berbagai media lokal di Makassar dan nasional.

Karya-karyanya termuat dalam berbagai antologi seperti : Ombak Losari (1992), Napas Kampus (1994), Refleksi Setengah Abad Indonesia Merdeka (1995), Antologi Puisi Indonesia (19970), Temu Penyair Makassar (1999), Sastra Kepulauan (1999), Jejak-Jejak Puisi Ombak Makassar (2000), Pintu yang Bertemu (2003). Sedang kumpulan puisi tunggalnya berjudul “Rindu Laut”(1990).

Ia pernah menjabat sebagai Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Makassar lalu kembali lagi menjabat hingga sekarang, Anggota Komunitas Sastra Indonesia (KSI).

Sering mengikuti acara baca puisi di Makassar, seperti pada Pertemuan Dewan Kesenian se-Indonesia (1990). Puisi tunggalnya diterbitkan dalam antologi Ombak Losari (1990) dan Setengah Abad Indonesia (1995). Puisinya juga dimuat pada beberapa antologi seperti Antologi Puisi Indonesia (1997), Temu Penyair Makassar (1999), Sastra Kepulauan (1999), Ombak Makassar (2000), Baruga (2000), Kemilau Musim (2002), Bukalah Pintu Itu (2003) dan Pesona Gemilang Musim (2004). Juga termuat di Malaysia di majalah Dewan Sastera (2002).

Anil pernah diundang mengikuti “9 th Kuala Lumpur Poetry Reading” (2002) dan karyanya dimasukkan dalam buku antologi dwi bahasa dalam festival ini. Mengikuti “Ubud Writers Festival” (2004). Anil juga terlibat dalam buku “Aku Hanya Mahu ke Seberang” karya Hashim Jacoob yang diterjemahkan ke 45 bahasa (University of Malaya Press, Kuala Lumpur, 2006) dimana ia mengerjakan penerjemahan ke bahasa Makassar.

Halaman:

BACA JUGA