Vespa kopi dan lapak buku di Jalan Perintis Kemerdekaan Makassar/IST

Vespa Kopi dan Lapak Buku, Nyala Api Literasi di Pinggiran Jalan Perintis Kemerdekaan

Jumat, 30 November 2018 | 00:03 Wita - Editor: Irwan Idris - Reporter: Citizen Reporter

MAKASSAR, GOSULSEL.COM — Ada yang nampak berbeda pada tampilan motor vespa bergaya extreme yang keseharianya menjajakan minuman olahan kopi setiap malam hari di bahu Jalan Perintis Kemerdekaan KM 15.

Selain menjajakan kopi, pemilik kendaraan vespa juga ternyata hendak mengambbil peran dalam pengembangan pendidikan di Indonesia melalui giat literasi.

pt-vale-indonesia

Kata Vino, pemilik Vespa Kopi di Jalan Perintis Kemerdekaan itu, setiap malam, dia bersama rekannya juga menjual beragam buku bacaan. Bahkan juga rutin mengadakan kelas membaca bersama anak jalanan.

“Selain jajakan kopi kami juga menjajakan lapakan buku bagi penikmat kopi bahu jalan, sesekali kami membuka sebuah kelas literasi bagi anak jalan” ujar Vino.

Vino, pemilik Vespa Kopi berkisah, awal dirinya membuka lapakan buku karena adanya dorongan hati. Selain memang, Vino diketahui aktif sebagai pegiat literasi. Hobi dan usaha yang Vino padukan, katanya, membawa kebahagiaan tersendiri.

“Yang mana kita tahu sendiri saat ini secara realita minat baca masyarakat indonesia itu sudah sangat rendah. Dengan inisiatif sehingga mencoba membudayakan minat baca bagi anak jalanan,” beber Vino.

Saat ditanya lebih mendalam terkait pengalaman selama menjajaki dunia literasi, Vino mengatakan awalnya Ia hanya melapak di tempat-tempat umum seperti Lapangan Syekh Yusuf, pelataran salah satu universitas negeri di Makassar, dan di Pao-pao Sekretariat Rumah Sokola Kaki Langit.

Lebih jauh dirinya bercerita telah membuka kedai serta membuka lapak-lapak buku Itu agar masyarakat tersugesti untuk membaca buku. Bahkan hanya memegang buku, dengan tidak sengaja akan menarik perhatian masyarakat yang lain.

“Walaupun itu dengan perlahan. Karena sesungguhnya hal yang besar itu lahir dari yang kecil dahulu.”  ujar Vino yang mendirikan lapakan bukunya sejak awal Agustus 2017.

Vino sendiri menganggap zaman sekarang itu sangat aneh karena hanya fokus dengan hal-hal yang hits. Bahkan melupakan proses menambah wawasan dan menambah teman.

Sempat timbul pertanyaan dalam diri Vino. “Mengapa yang datang mengikuti literasi ini malah orang yang tidak berpendidikan, kemana siswa, atau mahasiswa yang dikatakan berpendidikan?,” tanya Vino.

Padahal, tutur Vino, dengan adanya literasi selain membaca buku, kita juga bisa saling berbagi pengetahuan, berdiskusi di forum untuk membahas sebuah masalah, “Dan itu sebenarnya kegiatan mahasiswa, tapi ini malah terbalik,” herannya.

Seakan dunia ini terbalik bagi Vino, sebab tanpa disadari, mereka yang dikatakan tak berpendidikan bahkan lebih giat dari kita. Jadikan apa yang mereka lakukan itu motivasi dan membuat kita sebagai orang yang berpendidikan itu tersadar bahwa disinilah letak kekeliruan kita selama ini.

Vespa kopi dan lapak buku di Jalan Perintis Kemerdekaan Makassar/IST

Ia bahkan punya pengalaman yang sangat miris. Ia pernah melapak di pelataran salah satu kampus yang ada di Makassar dan sengaja mengharapkan buku bacaan yang disediakan hilang diambil orang. Namun ternyata tidak ada satupun yang hilang, “Jangankan hilang kusut saja tidak dan itu semua membuktikan bahwa minat baca di Indonesia itu sangat kurang apalagi di kalangan mahasiswa,” imbuhnya.

Keheranan Vino tak berhenti, dia menemukan beberapa mahasiswa dari sekian universitas yang bermasa bodoh. Meski ada juga di antaranya yang peduli dengan kegiatan- kegiatan diskusi umum dalam literasi. Bahkan kebanyakan orang lebih memilih nongkrong kosong dibanding duduk berlesehan sambil mengadakan forum diskusi dan literasi.

Dirinya mengakui, buku bacaan yang ada pada lapak bukunya sebagian diperoleh dari donasi beberapa komunitas, dan kebanyakan juga milik pribadinya.(*)

 

Penulis :

Devi Trisnawati

Mahasiswa UIN Alauddin Makassar

Jurusan Jurnalistik