Begini Kisah Pemuda Asal Sinjai Ini Gowes ke Pandeglang

Rabu, 06 Maret 2019 | 10:47 Wita - Editor: Irwan AR - Reporter: Junaid - Gosulsel.com

BANTEN, GOSULSEL.COM – Setelah menempuh perjalanan sejauh ratusan kilometer, Akbar Cutong, Si Pegowes kelahiran Sinjai, Sulawesi Selatan melalui Sepeda Kemanusiaan, akhirnya tiba di Kabupaten Serang, Banten, pada Selasa kemarin (5/3/2019). Tak tanggung-tanggung, Akbar yang berangkat dari Surabaya hanya menghabiskan waktu 18 hari dari target awal selama dua bulan.

Dari penuturannya, Akbar pun mengaku sangat bersyukur karena hampir menyelesaikan perjalanannya, sebelum tiba di Kabupaten Pandeglang sebagai titik akhir. Perjalanan pemuda asal Sinjai mengayuh sepeda dari Surabaya adalah untuk mengumpulkan donasi yang akan diberikan kepada korban terdampak tsunami Selat Sunda.

pt-vale-indonesia

“Alhamdulillah, artinya sudah sebentar lagi saya tiba di Pandeglang dan bertemu dengan saudara di sana. Korban terdampak bencana di Selat Sunda kondisinya masih memprihatinkan. Semoga aksi gowes saya bisa membantu masyarakat juga untuk tidak melupakan mereka, dan memberikan kepeduliannya,” ujar Akbar.

Membuat target pencapaian menggowes sejauh 100 kilometer per hari, Akbar bercerita tentang momen berkesan bagi dirinya. Salah satunya tentang pertemuannya dengan banyak masyarakat yang turut menyaksikan perjuangannya selama perjalanan. Mulai dari bertemu di simpang jalan, warung kopi, musalah atau masjid, hingga ketika Akbar melakukan kopi darat.

“Ada yang haru, ada yang antusias, ada yang mencibir, semuanya ada. Saya paling senang bertemu sesama goweser. Biasanya mereka akan menjamu saya, memberikan semangat. Sempat saya juga melakukan sosialisasi tentang kemanusiaan bareng mereka, terutama yang sedang terjadi di Banten,” papar Akbar.

Tak hanya bertemu dan melakukan sosialisasi kemanusiaan, Akbar pun sempat mendapat pendampingan dari komunitas goweser dari berbagai daerah se-Jawa Barat. “Berawal dari Cirebon, saya diantar komunitas goweser. Setiap goweser mengantar saya sampai titik perbatasan per wilayah. Begitu terus sampai Jakarta,” tambahnya.

Tak semulus yang dibayangkan, menurut Akbar, perjalanannya seringkali mengalami kendala. Cuaca buruk dan jalur yang menanjak membuat Akbar harus berhenti sejenak.“Perjalanan paling berat karena banyak kendala itu, Yogyakarta ke Semarang. Tanjakan sepanjang 5 kilometer buat saya cepat sekali merasa lelah, ditambah hujan lebat dan awet,” Akbar.

Namun, Akbar mengaku tak mudah menyerah. Tekadnya sejak berangkat dari Surabaya sudah bulat. Aksinya menggowes sepeda sampai ke Kabupaten Pandeglang harus segera rampung. Sehingga, Akbar pun bisa dengan cepat membantu para korban terdampak tsunami Selat Sunda.

“Saya sudah meneguhkan hati untuk kemanusiaan. Saya yakin saya bisa, saya harus menjaga stamina tubuh saya. Kalau lelah, istirahat. Pokoknya ngopi, ngontel, nyantai. Kalau lapar, harus makan. Nutrisi harus cukup juga, tidak boleh terlalu lapar, tidak boleh terlalu kenyang,” ungkap Akbar.

Mengapresiasi keberhasilan Akbar menyelesaikan perjalanan dan tiba di Banten, ACT pun memberikan piagam kemanusiaan. Serah terima dilaksanakan di Pelabuhan Cinangka, Kecamatan Anyer, Banten. Direktur ACT Sri Eddy Kuncoro, biasa disapa Ikun, menuturkan apresiasinya saat menyambut kedatangan Akbar.

“Kami sangat mengapresiasi semangat Akbar untuk menggerakkan dan menularkan sikap peduli kepada orang banyak, terutama dalam membantu para korban terdampak bencana Selat Sunda. Semoga upaya Akbar bisa menjadi inspirasi banyak orang. Semua kalangan, tidak hanya mereka yang tergabung dalam komunitas goweser,” kata Ikun.(*)