#Maros
Jaga Budaya, Alasan Daeng Romba Buat Aksesoris Badik
MAROS, GOSULSEL.COM — Banyak cara yang dilakukan orang dalam melestarikan adat budaya lokal. Seperti yang dilakukan Daeng Romba, warga Marana, Desa Marannu, Kecamatan Lau. Selain bertani ia juga merupakan pengrajin miniatur badik.
Dalam mengisi waktu luang usai bertani, lelaki paruh baya ini juga mengumpulkan kayu-kayu untuk dipahat menjadi sebuah badik. Alasannya sederhana, ingin menjaga dan melestarikan adat budaya bugis-makassar.
“Menghidupkan kembali, sebenarnya banyak tapi terbuat dari plastik dan besi. Sangat jarang yang buat dengan bahan baku kayu,” tutur Daeng Romba.
Ada dua asal badik yang dia buat setiap harinya. Badik khas Jeneponto dan Makassar, dalam sehari bisa sampai tiga atau lima buah.
Dimulainya sekitar dua tahun lalu. Dimana ia sedikit resa dengan tenggelamnya salah satu kearifan lokal ini. Setelah pemerintah mengatur soal kepemilikan serta penggunaan benda tersebut sedikit demi sedikit mulai hilang dan hampir tidak dikenal lagi oleh masyarakat.
“Dilarang mi sekarang sembarangan membawa, ada aturannya dari pemerintah,” ungkapnya.
Tapi jangan salah sangka, badik yang dibuat Daeng Rompa adalah aksesoris yang sangat mirip dengan aslinya. Awalnya, iseng buat untuk dipajang saja. Ternyata banyak yang berminat dan ingin membelinya.
“Sekarang saya buat untuk dijual juga. Dulu tidak ada fikiran kesana,” jelasnya.
Harganya pun variatif, mulai dari harga Rp10 ribu sampai dengan Rp35 ribu per buah. Tergantung dari ukuran dan motifnya.
“Tergantung ukuran dan motifnya,” tambahnya.
Dalam pemasaran badik-badik tersebut juga dibantu oleh mahasiswa UMMA yang kebetulan melakukan KKN di kampungnya.
Salah seorang mahasiswa Lukman Ali, mengatakan sebagai mahasiswa dan juga warga Marana ia memasarkan karya-karya tersebut lewat online.
“Biasanya lewat whatsapp dan juga facebook. Ini terbilang unik, ditengah zaman IT seperti ini beliau masih mau dan menyempatkan diri,” tandasnya.
Meskipun hanya aksesoris, ia berharap kiranya badik-badik yang dibuatnya tidak membuat masyarakat lupa dengan ciri khas daerah.(*)