Asa Vale Lestarikan Fauna Endemik di Hutan Bekas Lahan Tambang dan Danau Matano
LUWU TIMUR, GOSULSEL.COM – Seiring berjalannya waktu, fauna atau hewan endemik Sulawesi kini semakin sulit untuk dijumpai. Sebagian besar memang kini sudah terancam punah.
Luwu Timur, Sulawesi Selatan (Sulsel) menjadi salah satu habitat hewan endemik seperti burung Elang Sulawesi dan Anoa. Sayangnya, jumlahnya pun makin sedikit.
Meski begitu, harapan untuk keberlangsungan hidup Anoa dan Elang Sulawesi hingga masa yang akan datang masih ada. Sejumlah pihak telah melakukan upaya pelestarian terhadap dua hewan endemik itu.
Salah satunya dari PT Vale Indonesia Tbk. Sebagai perusahaan tambang nikel terbesar yang beroperasi di salah satu wilayah habitat hewan endemik yakni Sorowako, pihaknya berkomitmen agar pertambangan dan pelestarian lingkungan jalan beriringan.
Contohnya dengan melakukan reklamasi terhadap lahan pasca tambang. Vale Indonesia terus melakukan reklamasi dengan maksud mengembalikan kawasan hutan seperti semula.
“Tidak sepenuhnya seperti hutan yang dulu. Tapi kami berusaha melalui upaya reklamasi ini,” ungkap Manager Mine PT Vale Indonesia, Rizal Baslang saat kunjungan media pada 3 Agustus 2022 lalu.
Rizal–sapaan akrabnya ini menyampaikan bahwa rencananya ada penambahan reklamasi seluas 293,44 Ha untuk tahun 2022. Saat ini yang terealisasi luasnya mencapai 119,25 Ha.
“Dengan total bukaan lahan hingga Juli 2022 itu sudah mencapai 5.376,5 hektare,” ungkap Rizal.
Reklamasi yang telah direalisasikan kini sebagian besar sudah membentuk sebuah kawasan hutan. Setidaknya ada 22 jenis pohon yang kini tumbuh, beberapa di antaranya Eukaliptus, Akasia, dan Kayu Manis.
Adapun bibit pohon tersebut diambil dari fasilitas pembibitan atau nursery milik Vale Indonesia yang telah dibangun pada tahun 2014. Nursery itu mampu memproduksi sampai 700.000 benih per tahun di atas lahan seluas 2,4 hektare.
Rizal mengaku kawasan hutan itu mulai dihuni berbagai fauna. Salah satunya adalah hewan endemik Anoa.
“Bahkan setelah ada yang di reklamasi, sudah ada hewan. Kami ada rusa, ular, dan anoa juga tapi kami hanya lihat jejak kakinya saja sama kotorannya,” tukas Rizal.
Tempat lain yang menjadi habitat hewan endemik Sulawesi di Sorowako adalah Danau Matano. Elang Sulawesi ialah jenis burung endemik yang dapat dijumpai di danau purba terdalam di Asia Tenggara itu.
Di Danau Matano, Elang Sulawesi terbang di atas permukaan untuk mencari ikan. Kejernihan air danau membuat burung dengan nama latin Nisaetus lanceolatus ini mudah menangkap mangsanya.
Selama 54 tahun beroperasi, Vale Indonesia berkomitmen menjaga kejernihan air Danau Matano. Berbagai upaya pun terus dilakukan.
Paling mutakhir ialah menghadirkan fasilitas pengolahan air limpasan tambang di Lamella Gravity Settler (LGS). Fasilitas dengan teknologi terbarukan sehingga kualitas air danau tetap terjaga.
Teknologi LGS ini biasanya digunakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), bukan oleh tambang. Sehingga, Vale Indonesia menjadi satu-satunya perusahaan tambang yang menggunakan teknologi ini.
LGS terintegrasi dengan lebih dari 100 kolam pengendapan atau sediment pond.
Unit itu difungsikan memurnikan air sisa tambang agar tak berbahaya bagi lingkungan dan manusia.
“Kami memiliki 100 lebih kolam pengendapan,” kata Manager Mine Infrasturcture Maintenace Vale Indonesia, Hasliana Amiruddin, Selasa (20/12/2022).
Setalah dijernihkan melalui teknologi LGS, air limpasan tambang tersebut kemudian dialirkan melalui saluran air atau drainase ke Danau Matano. Tentunya air itu telah dalam kondisi memenuhi baku mutu.
Melalui fasilitas pengelolaan air limpasan ini, PT Vale menyebut mampu menjaga kejernihan Danau Matano. Danau ini dianggap menjadi indikator praktik pertambangan berkelanjutan, karena lokasi danau tersebut ‘bertetangga’ dengan area tambang dan pabrik PT Vale.
CEO Vale Indonesia, Febriany Eddy menyampaikan selama puluhan tahun beroperasi di Blok Sorowako, piauknau memiliki komitmen penuh untuk menjaga kelestarian lingkungan.
“Kita bisa lihat sendiri bagaimana kualitas air Danau Matano. Kita ini berbisnis dengan alam, jadi menjaga alam adalah suatu keharusan. Ini yang akan kita pegang teguh,” ungkapnya.
Febry—sapaan akrabnya ini menyebutkan Vale Indonesia berkomitmen menjaga keseimbangan bisnis dengan memprioritaskan 3P, Planet, People, and Profit. “Karena ini semua demi anak cucu kita ke depannya,” tukasnya.
Komitmen Vale Indonesia juga telah diakui dan diapresiasi oleh berbagai pihak. Terbaru saat Menteri Koordinator (Menko) Maritim dan Investasi (Marves) Republik Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan berkunjung ke Blok Sorowako pada 26 November 2022 lalu.
Menurut Luhut, Vale Indonesia membuat siklus pertambangan berkelas dunia dan telah menerapkan prinsip berkelanjutan. Mulai dari lingkungan, sosial budaya, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat.
“Saya ingin perusahaan tambang di Indonesia menjadikan Vale sebagai salah satu contoh yang baik,” tukasnya.
Atas apresiasi itu, Vale Indonesia diharap terus berkomitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan. Sebab, blok Sorowako tidak melulu soal penghasil nikel namun juga menjadi habitat dari fauna endemik seperti Anoa dan Elang Sulawesi.(*)