Muhammad Sabir saat melihat sawahnya yang berlokasi di Desa Matuju, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone/FOTO: AGUNG - GOSULSEL
Muhammad Sabir saat melihat sawahnya yang berlokasi di Desa Matuju, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone/FOTO: AGUNG - GOSULSEL

Petani di Pelosok Bone Makmur Berkat Pupuk Subsidi

Kamis, 27 Februari 2025 | 21:57 Wita - Editor: adyn - Reporter: Agung Eka - Gosulsel.com

BONE, GOSULSEL.COM – Muhammad Sabir (34) sedang melihat sawahnya dengan padi yang mulai menguning di bawah guyuran hujan. Di balik payung, kelihatan jelas senyum di wajahnya.

Dia rupanya tidak sabar untuk memanen padi lagi. Sebab malai padi sudah menguning dan bulirnya mulai terasa keras, artinya sebulan ke depan atau Maret mendatang sudah bisa dipanen.

pt-vale-indonesia

“Untuk awal tahun ini, bulan tiga sudah bisa panen,” ujarnya kepada Gosulsel.com saat ditemui, Selasa 25 Februari 2025.

Sawah milik Sabir berada di Desa Matuju, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Luas sawahnya sekitar satu hektar yang terdiri dari dua petak.

Jaraknya pun cukup jauh. Dari Kota Watampone, Ibukota Kabupaten Bone ke Desa Matuju berjarak 30 kilometer dengan kondisi jalan yang jauh dari kata mulus alias berlubang.

Sesampainya di sana, hanya ada deretan rumah panggung dan sawah yang berada di belakang rumah. Jaringan juga hanya dikuasai dua provider, setidaknya itu yang dikatakan Sabir.

Sebagai petani milenial, Sabir paham betul potensi sektor pertanian. Dia sudah mengantongi puluhan juta rupiah setiap tahunnya dari bertani.

Dari hasil panen padi, Sabir bisa mendapatkan Rp80 juta untuk dua kali panen dalam setahun.

“Andai lahanku luas, bisa lebih banyak kudapat,” katanya.

Hasil panen ubi jalan milik Muhammad Sabir yang disimpan di bawah rumah panggungnya/FOTO: AGUNG - GOSULSEL
Hasil panen ubi jalan milik Muhammad Sabir yang disimpan di bawah rumah panggungnya/FOTO: AGUNG – GOSULSEL

Selain padi, ada dua komoditas lain yang dibudidayakan Sabir di lahan miliknya yang lain seluas satu hektar. Ada ubi jalar dan jagung.

Kedua komoditas itu punya potensi besar. Apalagi ubi jalar yang sudah dijual sampai Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.

“Di kami memang yang terkenal itu ubi jalar, kita jual sampai Kendari tapi mereka yang langsung kesini beli,” kata Sabir.

Sabir memperlihatkan hasil panen ubi jalarnya. Di bawah rumah panggung, ada 70 karung berisikan umbian yang dikenal punya kadar gizi tinggi itu.

“Satu karung ini bervariasi harganya kalau sekarang Rp200.000. Dulu pernah Rp600.000,” ungkapnya.

Potensi pertanian Sabir juga bisa lebih besar jika memanfaatkan sosial media sebagai media promosi. Hanya saja, dia baru belajar mengenai teknik marketing.

“Belajar dari teman sedikit-sedikit,” kata Sabir.

Hasil pertanian Sabir selalu berbuah manis. Selain tahu cara merawatnya, dia juga menggunakan pupuk subsidi dari Petrokimia Gresik, anggota holding grup PT Pupuk Indonesia (Persero).

Namanya pupuk Phonska, jenis pupuk majemuk NPK yang mengandung nitrogen, fosfor, kalium, dan sulfur atau bisa disingkat NPK. Bagi Sabir, pupuk ini begitu manjur.

“Kalau Phonska itu biar tidak dicampur urea tetap bagus, subur,” ucapnya.

Muhammad Sabir saat memperlihatkan pupuk NPK Phonska miliknya/FOTO: AGUNG - GOSULSEL
Muhammad Sabir saat memperlihatkan pupuk NPK Phonska miliknya/FOTO: AGUNG – GOSULSEL

Pupuk subsidi ini juga mudah didapat. Di Desa Matuju, sudah ada kios pengecer yang menyalurkan kepada 40 kelompok tani yang terdaftar di sana.

Sabir sendiri adalah anggota kelompok tani bernama Sipatokkong 2. Dia sudah bergabung sejak tahun 2009.

Selanjutnya, Sabir hanya perlu menyerahkan kartu tanda penduduk (KTP) untuk menebus pupuk subsidi Phonska kepada kios pengecer.

Harga pupuk subsidi untuk Phonska hanya Rp115.000 per 50 kilogram ketimbang non subsidi yang bisa mencapai Rp600.000 dengan jumlah yang sama.

“Jujur ini membantu sekali. Sudah murah, bagus lagi pupuknya,” jelas Sabir.

Sabir pun mengaku, bisa bertani lebih tenang. Proses pemupukan bisa lebih maksimal tanpa harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli pupuk berkali-kali sesuai kebutuhannya.

“Karena padi itu butuh dua kali dikasih pupuk sama dengan jagung. Kalau ubi hanya satu kali. Tapi lahan yang dipakai kan juga luas,” jelasnya.

Sambil memegang ubi jalar hasil kerja kerasnya dari bertani, Sabir mengingat dirinya sempat berpikir untuk merantau. Namun, menjadi petani rupanya juga menjanjikan.
“Kalau dipikir sekarang lebih enak begini, yang penting harus paham caranya (bertani),” tutupnya.

Penyaluran Pupuk Subsidi

Penyaluran pupuk subsidi di Desa Matuju cukup kencang dan tepat sasaran. Sebanyak 40 kelompok tani termasuk Sipatokkong 2 bisa membelinya dengan mudah di kios yang juga berada di Desa Matuju.

Pemilik kiosnya bernama Justan (32). Sejak tahun 2008, dia hadir di tengah petani Desa Matuju untuk memenuhi kebutuhan pertanian mereka, salah satunya dalam penggunaan pupuk subsidi.

Justan mengaku, pupuk subsidi Phonska sudah jadi andalan bagi petani Desa Matuju.

“Selain itu ada urea tapi yang dipesan hanya Phonska,” katanya kepada Gosulsel saat dihubungi via telepon, Selasa 25 Februari 2025.

Dia pun tidak kesulitan dalam menyalurkan pupuk subsidi tersebut. Di ponsel pintarnya, sudah ada aplikasi I-Pubers.

Sebagai informasi, I-Pubers merupakan aplikasi yang digunakan untuk menebus pupuk bersubsidi. Aplikasi ini dikembangkan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) dan PT Pupuk Indonesia (Persero).

Justan memamerkan aplikasi I-Pubers di depan kiosnya yang berada di Desa Matuju, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone/FOTO: AGUNG - GOSULSEL
Justan memamerkan aplikasi I-Pubers di depan kiosnya yang berada di Desa Matuju, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone/FOTO: AGUNG – GOSULSEL

Melalui I-Pubers, dia bisa mengetahui stok pupuk subsidi secara real time hingga riwayat petani yang sudah menebus pupuk tersebut.

Bagi petani yang mau menebus pupuk subsidi, Justan tinggal meminta KTP untuk memindai Nomor Induk Keluarga (NIK) guna mengakses data petani di e-alokasi. Selanjutnya, kios atau pengecer menginput jumlah transaksi penebusan.

Terakhir, petani menandatangani bukti transaksi pada aplikasi serta KTP difoto menggunakan aplikasi yang sudah dilengkapi geottaging dan timestamp.

“Bisa diwakilkan sama keluarga untuk ambil kalau memang lagi sakit,” katanya.

Info grafis alur penggunaan I-Pubers/GOSULSEL

Rumah Justan cukup jauh dari kios yaitu di Kota Watampone. Namun berkat aplikasi I-Pubers, dia bisa melakukan monitoring tanpa harus ke kios.

“Dulu setiap hari pulang balik, tapi sekarang tidak. Menelpon pi lagi petani baru datang,” katanya.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bone Nurdin menjelaskan, petani hanya bisa menebus pupuk subsidi di kios pupuk lengkap (KPL) resmi di wilayah masing-masing termasuk Desa Matuju. Namun mereka harus terdaftar dalam Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok atau e-RDKK.

“Untuk informasi bahwa pupuk bersubsidi hanya dapat di tebus di kios resmi, kalau tebus di luar itu berarti melanggar aturan,” jelasnya.

Kehadiran aplikasi I-Pubers, kata Nurdin, memudahkan kios pengecer melayani petani. Selain cepat dan tepat sasaran, petani juga dapat memaksimalkan produktivitas pertaniannya.

Dia juga memastikan stok pupuk subsidi untuk NPK dan urea aman. Saat ini, kuota pupuk subsidi di Kabupaten Bone pada mencapai 62.500 ton untuk urea dan 62.290 ton untuk NPK per Desember 2024.

“Stoknya masih ada untuk memenuhi semua kelompok tani yang ada. Kita juga dapat anggaran tambahan dari Kementerian Pertanian,” ujar Nurdin.

Peran Penting Pupuk Indonesia

PT Pupuk Indonesia (Persero) memiliki peranan penting dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Upaya regenerasi dengan mendukung anak muda menjadi petani adalah salah satu cara.

Regenerasi ini dianggap perlu mengingat jumlah petani semakin menurun. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlahnya menurun dari 31 juta petani di 2013 menjadi 29,3 juta petani per Desember 2023 yang didominasi usia tua.

Pupuk Indonesia menyasar kalangan milenial untuk bisa menjadi petani. Namun, tantangan besar dihadapi seiring minat anak muda yang masih minim.

Direktur Utama Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi menyebut, ada beberapa faktor yang menyebabkan anak muda kurang berminat untuk menjadi petani, salah satunya soal kesejahteraan petani.

Untuk itu, kata Rahmad, Pupuk Indonesia terus berupaya meningkatkan kesejahteraan petani agar menjadi motivasi bagi anak muda untuk bertani.

“Jika kesejahteraan naik, maka petani muda semakin banyak,” ujar Rahmad dalam keterangannya beberapa waktu yang lalu.

Pupuk Indonesia juga punya strategi untuk mendorong minat anak muda bertani, salah satunya melalui program Mari Kita Majukan Usaha Rakyat atau disingkat Makmur yang diluncurkan oleh Menteri BUMN Erick Thohir pada tahun 2021.

Program itu membantu petani dan budidaya pertanian dari berbagai aspek, mulai dari pengelolaan budidaya tanaman berkelanjutan, informasi dan pendampingan budidaya pertanian, digital farming, serta mekanisme pertanian.

Program Makmur juga meliputi akses permodalan dan perlindungan risiko pertanian serta adanya offtaker atau jaminan pasar bagi petani.

Rahmad mengklaim penerapan program itu telah menaikkan produktivitas pertanian di kisaran 13 sampai 18 persen, bahkan kesejahteraan petani meningkat hingga 30 persen.

“Pada umumnya petani itu kekurangan akses pada teknologi, pada pasar, pada keuangan. Nah melalui program ini, kita lakukan karena kita mendorong penggunaan teknologi yang biasanya petani muda akan lebih banyak mengambil peran,” ucapnya.

Selain itu, Pupuk Indonesia punya program Jambore Makmur yang rutin digelar setiap tahun. Jambore ini menjadi wadah untuk menjalin relasi antarpetani sehingga mereka bisa saling belajar dan bertukar informasi produksi dan pemasaran.

“Jadi bisa jalin network karena di jambore ini saling komunikasi dan belajar. Dengan saling belajar maka bisa dapatkan penghasilan lebih baik,” kata Rahmad.

Penandatanganan kontrak perjanjian tentang pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi tahun anggaran 2025 antara Kementerian Pertanian dan PT Pupuk Indonesia (Persero)/FOTO: AGUNG - GOSULSEL
Penandatanganan kontrak perjanjian tentang pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi tahun anggaran 2025 antara Kementerian Pertanian dan PT Pupuk Indonesia (Persero)/FOTO: ISTIMEWA

Di sisi lain, Pupuk Indonesia juga berusaha mendukung ketersediaan stok pupuk subsidi bagi petani terkhusus di Sulawesi Selatan.

Sektor pertanian sudah jadi sektor andalan di Sulawesi Selatan. Menurut laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sektor ini menyumbang hingga 60 persen dari total kredit senilai Rp14,26 triliun yang telah disalurkan di Sulawesi Selatan pada tahun 2024.

Untuk menjaga tren ini, Pupuk Indonesia telah memiliki empat gudang lini 2 provinsi, dan 41 unit gudang lini 3 di kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan. Kemudian ada 52 distributor dan 1.221 kios yang tersebar di seluruh Sulawesi Selatan, salah satunya di Desa Matuju, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone.

Direktur Pemasaran Pupuk Indonesia Tri Wahyudi Saleh menegaskan, komitmen perusahaan untuk terus menjalankan tugas sebagai produsen dan pendistribusian pupuk subsidi.

“Pupuk Indonesia siap melaksanakan tugas pendistribusian ini berdasarkan hasil rakortas di Bandung, kami diminta sudah bisa mendistribusikan kepada yang berhak, tadi disampaikan ada sekitar 14,7 juta petani yang terdaftar di e-RDKK 2025, dan kami sudah siapkan,” tutupnya. (*)