Pameran Foto Gastronomi Perkenalkan Ragam Kuliner Khas Makassar

Wednesday, 26 November 2025 | 21:54 Wita - Editor: Agung Eka -

MAKASSAR, GOSULSEL.COM – Dinas Pariwisata Kota (Dispar) Makassar memperkenalkan kekayaan kuliner daerah melalui pameran foto gastronomi bertema Capture Wisata Makassar yang digelar di Tribun Lapangan Karebosi, Selasa (25/11/2025).

Pameran dibuka oleh Plt Kepala Bidang Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Makassar, Irwin Ramadanis Ohorella, dan turut disertai peluncuran buku bertema gastronomi Makassar.

1. Angkat Kembali Kuliner Tradisional dan Sejarah Kota

PT-Vale

Berbagai foto hidangan khas Makassar ditampilkan, mulai dari Sop Saudara, Kopi Makassar, Mie Titi, Pallubasa Serigala, sajian ikan bakar, Coto Makassar, Jalangkote, aneka gorengan, hingga Pisang Epe.

Ada pula visual tentang ritual suru maca, Konro, Sarabba Sungai Cerekang, serta potret pasar legendaris Pasar Terong dan Tempat Pelelangan Ikan Paotere.

Irwin Ramadanis mengatakan kegiatan ini menjadi ruang untuk menelusuri kembali identitas kuliner Makassar. Menurutnya kuliner Makassar tidak hanya soal makanan, tetapi juga sejarah dan perjalanan budaya.

“Kami ingin mengulas kembali kuliner khas Kota Makassar, mulai dari hidangan tradisional tempo dulu hingga sajian yang berkembang saat ini,” ucapnya kepada IDN Times.

Dia menjelaskan bahwa Pemerintah kota tengah memperkuat posisi Makassar sebagai kota kuliner. Apalagi pada tahun 2023, Makassar ditetapkan sebagai Kota Kreatif subsektor Kuliner oleh Kementerian Pariwisata.

“Karena itu, tahun ini kami terus berupaya menggali potensi kuliner tradisional yang ada di Makassar,” jelasnya.

2. Upaya Menuju Kota Gastronomi Dunia 2027

Irwin menyebut kegiatan bertema gastronomi seperti ini merupakan yang pertama digelar oleh Dinas Pariwisata. “Untuk kegiatan yang berkaitan dengan kuliner, sebenarnya sudah sering kami lakukan. Namun, khusus yang mengusung tema gastronomi, ini adalah pertama kalinya,” ucapnya.

Dia menambahkan bahwa agenda ini menjadi bagian dari target besar Pemkot Makassar. Sehingga Irwin berharap pameran serupa bisa berkembang lebih besar di masa mendatang.

“Tahun ini kami memang fokus mengangkat potensi kuliner Makassar, karena pada tahun 2027 kami berencana mengusulkan Makassar sebagai Kota Gastronomi Dunia,” tuturnya.

3. Kurasi Foto Menyusuri Rasa, Ritual, dan Narasi Kota

Sementara itu, Kurator pameran, Darmadi, mengungkapkan bahwa proses kuratorial pameran ini berangkat dari sebuah tantangan yang berlangsung dalam waktu singkat.

“Meski demikian, kami menerima tantangan tersebut karena memahami bahwa secara historis, kota kita memiliki posisi penting sebagai salah satu pusat gastronomi dunia,” ungkapnya.

Ia menekankan bahwa sejarah Makassar sebagai pelabuhan rempah menjadi fondasi kuat peradaban rasa di kota ini. “Banyak makanan di berbagai belahan dunia tidak akan hadir seperti sekarang jika Bandar Makassar dulu bukan menjadi pelabuhan penting bagi rempah-rempah yang mengalir ke Barat dan ke Utara,” ujarnya.

Darmadi juga memberikan apresiasi kepada  tim kreatif yang terlibat khususnya Pemerintah Kota Makassar yang mendukung penuh kegiatan ini.

“Keberhasilan ini tentu berkat kerja keras tim yang lebih dulu memulai dengan pembuatan buku para fotografer dan penulis yang menyusun karyanya dengan penuh dedikasi,” katanya.

Ia menekankan pentingnya gastronomi dalam wacana kebudayaan. Sebab dalam diskursus seni dan budaya, gastronomi sering kali tidak mendapatkan porsi layak sebagaimana bentuk seni lainnya.

“Padahal ia adalah dunia rasa, dunia seni, dunia eksistensi, sekaligus identitas kota Makassar,” jelasnya.

Dia juga menyatakan bahwa pameran ini menelusuri kuliner Makassar melalui lensa para fotografer yang menangkap kehidupan sehari-hari di dapur, pasar, dan ruang makan.

“Setiap foto menunjukkan bagaimana makanan bekerja sebagai bahasa budaya, merawat ingatan keluarga, memperkuat identitas, dan merayakan keberagaman etnik yang membentuk kota ini,” tuturnya.

Sejak abad ke-16, kata Darmadi, Makassar telah menjadi kota metropolitan yang besar, dihuni beragam latar etnik pendatang maupun lokal yang berbaur dan melahirkan cita rasa kuliner yang unik dan luar biasa.

“Melalui detail bahan, teknik memasak, hingga suasana ruang makan, pameran ini menyajikan kisah tentang sebuah kota yang hidup dalam ritme, rasa, dan tradisi,” pungkasnya. (*)


logo-gosulsel

© 2017 PT Gowa Media Utama, Semua hak dilindungi.