Tiza Fitrizia, Pulang Kampung & Menganggit Puisi
Halaman 1
Makassar, GoSulsel.com – Kendati telah berstatus sebagai permanent resident Republik Australia sejak tahun 2008, namun Tiza Fitrizia tetap jadwalkan pulang ke Makassar tiap tahun. Tiza, demikian ia kerap disapa, kini tinggal di sebuah daerah suburban bernama Cronulla, New South Wales. Di sana, ia tinggal bersama ibu dan saudari-saudarinya. Sekarang ia bekerja sebagai product coordinator di Garuda Orient Holidays, sebuah wholesale travel company yang menjual pariwisata Indonesia di Australia dan New Zealand, berkantor di Sydney.
“Saya selalu menjadwalkan pulang kampung karena rindu makanannya, kongkow sama teman-teman, bertemu keluarga, suasana Makassar, dan juga rindu tersendiri. Bagaimanapun, makanan, keluarga, dan sahabat-sahabat adalah alasan in order untuk pulang ke Makassar,” kata dara pelahap coto ini kepada GoSulsel.com via online, Kamis (3/9/2015).
Lebih lanjut Tiza mengatakan, kehidupan sosial di Sydney secara umum dan Cronulla secara khusus berbeda dengan di Makassar. Kehidupan di sana lebih menggambarkan kehidupan mekanis.
“Di Sydney ritme hidup adalah home-work-home kecuali acara-acara tertentu, casually. Hanya week end waktu ketemu teman-teman dan sebagainya. Di sini mal tutup pukul 5.30 atau 6 sore. Kecuali Kamis known as shopping night di mana semua mal tutup pukul 9. Sedangkan di Makassar teman-teman berhamburan. Di Makassar semua seperti 24-7,” jelas Tiza dalam perjalanan kereta dari Sydney ke Cronulla.
Namun, keterikatan Tiza dengan Makassar tak hanya sekadar pulang menemui keluarga dan kawan-kawannya. Ia juga menerbitkan karya.
Halaman 2
Kegemarannya menganggit puisi telah membuahkan dua buku antologi puisi yang dirilis di Makassar. Buku pertama berjudul “9 Pengakuan” yang diisi oleh penulis-penulis perempuan yang punya persentuhan dengan Makassar dan disunting oleh Shinta Febriany. Buku antologi puisi yang dilengkapi cd musikalisasi puisi ini memuat 10 puisi Tiza.
Sedangkan buku kedua Tiza dan kawan-kawan berjudul “Isis dan Musim-Musim”. Buku ini merupakan kumpulan puisi perempuan-perempuan dari Indonesia Timur yang diseleksi oleh Olin Monteiro, Shinta Febriany, dan Mario F Lawi dan diluncurkan di salah satu agenda event Makassar International Writers Festival 2014.
Isi puisi Tiza sendiri kebanyakan berupa kerinduan dan perkara patah hati. Puisi menjadi semacam tempat melarikan diri baginya saat kerinduan terhadap kampung halaman, nenek, dan masa depannya menyerbu.
“Puisi bagi saya merupakan jalan mengungkapkan. Setelah semuanya saya ungkapkan, rasanya lepas,” ungkapnya dalam perjalanan kereta dari Sydney ke Cronulla.
Sumbangsih Tiza di jagat sastra Makassar diharapkannya diikuti oleh orang-orang Makassar yang lain, baik yang tinggal di Makassar atau mereka yang merupakan warga diaspora. Tak hanya berkembang di beberapa titik tertentu melainkan menyebar.
“Saya berharap ke depan penulis sastra di Makassar kian menjamur,” ujar Tiza.