Asrul di tengah hasil pulungannya di TPA Antang. (Foto: Andi Dahrul Mahfud/GoSulsel.com)

Kais Rezeki di TPA Antang

Rabu, 28 Oktober 2015 | 11:41 Wita - Editor: Nilam Indahsari - Reporter: Andi Dahrul Mahfud - GoSulsel.com

Halaman 1

Makassar, GoSulsel.com – Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Antang adalah lokasi akhir penampungan limbah rumah tangga di area Kota Makassar. Meski yang bertumpuk di sini adalah barang-barang yang dianggap tak berguna lagi, namun di mata para pemulung, itu bisa membuat asap dapur rumah tangga mereka mengepul.

Seperti halnya Asrul yang sudah jadi pemulung sejak 10 tahun lalu. Dalam kesehariannya, ia bertaruh waktu dengan mengais sisa limbah rumah tangga untuk mendapatkan penghasilan.

“Sudah 10 tahun saya kerja begini. Dan syukurnya bisa menafkahi keluarga meski pendapatan tidak menentu,” ujar Asrul di tengah kesibukannya memilah sampah plastik kepada GoSulsel.com, Selasa (27/10).

Sampah berbukit di tengah hamparan tandus tak hentikan aktivitas pemulung yang lain untuk tetap beraktivitas di tengah terik matahari. Sebagian juga berteduh di tenda sambil memasukkan hasil pilahannya di dalam karung plastik beras.

Para pengais rezeki ini bukan hanya lelaki. Namun ada juga perempuan dan anak kecil. Mereka mulai beraktivitas mulai pukul 7 pagi hingga 5 sore. Bahkan ada sebagian yang mengumpulkan sampah hingga pagi hari demi mendapat pendapatan yang lebih banyak tiap hari.

Halaman 2
Pemulung yang tetap mengais barang-barang bekas di hamparan tandus TPA Antang meski terik siang hari. (Foto: Andi Dahrul Mahfud/GoSulsel.com)

Pemulung yang tetap mengais barang-barang bekas di hamparan tandus TPA Antang meski terik siang hari. (Foto: Andi Dahrul Mahfud/GoSulsel.com)

“Biasa ada yang sampai pagi. Mulai dari pagi ma’yabo cari barang bekas yang bisa didaur ulang seperti botol minuman air mineral, gelas plastik mineral, dan besi,” tuturnya.

Dari sebagian pemulung yang merupakan warga sekitar Antang, ternyata ada sebagian yang berasal dari daerah lain seperi Gowa dan Takalar.

“Saya dari Kabupaten Gowa. Saya tinggal menumpang di penimbangan dekat sini. Yang biasa ditempati pemulung di sini untuk menimbang sampah yang sudah dipilih,” ujar Dg Ngunjung kepada GoSulsel.com, Selasa (27/10/2015).

Berat sampah yang dibawa pulang ditimbang di dekat TPA. Sekilonya bertarif Rp 1,3 ribu untuk botol mineral dan Rp 1,7 ribu untuk besi.

“Setelah ditimbang, barang tersebut dijual kembali ke penadah yang ada di Makassar untuk diolah lalu dikirim ke Pulau Jawa untuk didaur ulang kembali,” tambahnya.


BACA JUGA