#Retrospeksi Firman Djamil
Bincang Karya Firman Djamil di Artist Talk di Rumata’
Halaman 1
Makassar, GoSulsel.com – Artist Talk dalam rangka pameran Retrospeksi Firman Djamil bertajuk The Beginning berlangsung di Rumata’ Artspace pukul 3.30 sore hingga sekitar pukul 9 malam, Sabtu (06/11/2015). Dalam diskusi yang dihadiri kurang lebih 20-an pekerja seni dan penggiat seni rupa Makassar, Firman Djamil bercerita tentang proses terciptanya karya-karya itu.
Diskusi ini dimulai dengan pengantar dari Abdi Karya yang berbicara tentang strategi program Rumata’ Artspace dan program CAPSLOC yang sedang berlangsung. Selain itu, Abdi Karya juga menjelaskan tentang standar baru penyelenggaraan pameran seni rupa di Rumata’ Artspace melalui Artist Talk dari seniman yang sedang berpameran.
Nur Abdiansyah, kurator pameran Retrospeksi Firman Djamil: The Beginning menguraikan proses kurasi yang dilaksanakan ketika mempersiapkan pameran ini.
“Mengurasi pameran ini bukan pekerjaan mudah. Awalnya saya menargetkan pameran retrospeksi ini akan dirangkum dalam sebuah kegiatan pameran yang besar dan megah, mengingat karya–karya Firman Djamil sudah demikian banyak dan terbagi dalam beberapa medium berkarya,” kata Abi, sapaan akrabnya, di depan hadirin.
Akhirnya setelah beberapa diskusi intensif dengan pihak Rumata’ dan Firman Djamil sendiri, pameran Retrospektif Firman Djamil yang pertama difokuskan pada tahap awal perjalanan Firman Djamil dalam berkesenian. Abi kemudian menelusuri ratusan kumpulan karya Firman Djamil berupa sketsa dan drawing kemudian memilih 29 karya di antaranya yang mampu menunjukkan perjalanan awal yang dimaksud.
Halaman 2
Tanggapan dari peserta diskusi kemudian sangat beragam. Azis Ahmad, dari Program Studi Pendidikan Seni Rupa UNM menilai, bahwa karya-karya Firman Djamil yang berupa sketsa dan drawing ini jadi pembeda dengan perupa muda yang ada sekarang. Idealnya, seorang perupa sebaiknya memulai dari sebuah rancangan terlebih dahulu sebelum membuat karya seni. Rancangan ini kemudian akan merekam proses apa saja yang terjadi.
Arham Rahman dari Colliq Pujie Art Movement lantas membandingkan periode penciptaan karya-karya awal ini dengan euforia Gerakan Seni Rupa Baru di Indonesia, terutama dengan fenomena happening art yang mulai berkembang.
Menurut Firman Djamil, karya-karya ini dibuat tak secara khusus merespons fenomena itu. Karya-karya ini semata upayanya untuk terus melatih kemampuannya membuat sketsa secara cepat untuk menangkap suasana yang sedang berlangsung, tapi tak serta-merta berarti sedang membuat dokumentasi.
Secara khusus diskusi ini berlangsung lancar. Di bagian penutup, Firman Djamil kemudian bercerita lebih dalam tentang proses berkeseniannya yang sebenarnya sudah digeluti sejak kecil dan beberapa penanda lain dalam perjalanannya sebagai perupa.(*)