Pa'dende' Bassia, Jalan Abdul Kadir, Pandai Besi, Pandai Besi Makassar, Pandai Besi di Makassar
Aktivitas Pa'dende' Bassia di sebuah gang sempit di Jl Abdul Kadir, Kamis (03/12/2015). (Andi Dahrul Mahfud/GoSulsel.com)

Pa’dende’ Bassia Langka yang Berdenyut di Gang Sempit Jl Abdul Kadir

Jumat, 04 Desember 2015 | 16:10 Wita - Editor: Nilam Indahsari - Reporter: Andi Dahrul Mahfud - GoSulsel.com

Halaman 1

Makassar, GoSulsel.com – Setelah mencari di berbagai lokasi, akhirnya GoSulsel.com menemukan daerah Pandai Besi (Pa’dende’ Bassia). Letaknya di sebuah gang sempit di Jl Abdul Kadir. Para pandai besi ini masih menyimpan berbagai keterampilan turun temurun dari keluarganya hingga saat ini.

“Sudah dari dulu kita sudah dikenal sebagai pandai besi di sini. Karena mulai dari turun temurunmi di sini. Saya saja sudah jauh sekalimi turunannya,” ujar Syahrir saat ditemui di lokasi tempatnya bekerja, Kamis (03/12/2015).

pt-vale-indonesia

Menurut Syahrir, bahan-bahan dari kerajinan tangannya yang dibantu oleh beberapa kerabatnya ini sudah terjual hingga ke berbagai pelosok daerah. Salah satunya di Manado, Sulawesi Utara.

“Sudah banyakmi hasil kerajinan besi yang kita buat. Sampai ke Manado-mi lagi iyya, lewat mobil truck. Ada juga di toko-toko bangunan di Makassar ambil di sini,” tambahnya.

Dalam seminggu, menurut pengakuan Syahrir, bersama kerabatnya ia mampu memproduksi sekiranya 5 ton besi dalam seminggu. Besi-besi itu didaur ulang jadi berbagai perkakas rumah tangga dan alat bangunan, seperti linggis, skop, betel, hingga grandel (kuping) pintu.

Halaman 2

“Setiap minggunya, yah lumayan banyak. Tapi kadang juga tidak seperti yang kita bayangkan. Maksudnya, diambil semua sama toko bangunan. Jadi, biasa disimpanji di sini. Yang jelas, ada stok yang tersimpan untuk jaga-jaga kalau ada lagi pemesanan. Yang jelasnya harus tersedia itu sampai 5 ton perkakas yang harus tersedia di workshop,” ungkapnya.

Menurut pengakuan Syahrir, pekerjaan yang ditekuninya sekitar 40 tahun belakangan ini merupakan profesi yang terbilang sangat berat. Soalnya, pandai besi ini benar-benar menguras tenaga dengan mengangkat berbagai alat untuk memadatkan besi yang membara. Caranya ditumbuk menggunakan palu yang sangat berat.

“Deh, pekerjaan inimi kayaknya yang paling berat. Liatmi sendiri apa diangkat. Berat sekali itu. Belum lagi kalau terkenaki panasnya besi yang membara. Bisa-bisa melepuh juga tanganta’,” terangnya di tengah bunyi besi yang beradu.

Untuk mulai beraktivitas, dibutuhkan 3 personel pandai besi yang masing-masing punya peranan untuk menempa besi yang tersedia.

“Kalau tidak cukup 3 orang, kegiatan tidak bisa dimulai. Pembagian peranannya itu 1 orang sebagai tukang pompa, 1 orang pimpinan yang memimpin proses produksinya, dan seorang lagi sebagai tukang tempa utama yang berperan menempa besi yang masih bulat menjadi tipis dan berbentuk, di bawah arahan selaku pemimpin,” paparnya.

Halaman 3

Namun untuk saat ini, alat pertukangan yang mendesak diperlukan adalah blower untuk mengipasi api dan gerinda saat membelah besi. Selama ini, untuk mengipasi api dan gerinda, pandai besi setempat menggunakan tabung kayu yang dipompa secara manual. Minimnya alat membuat beban pekerjaan mereka berat.

Keterbatasan alat membuat hasil produksi jadi minim. Bekerja selama 9 jam, pengrajin hanya menghasilkan sekitar 30-an. Padahal, bila mereka menggunakan blower dan gerinda yang baik, maka proses pemanasan tungku dan pemotongan besi bisa dipersingkat. Sehingga dalam sehari bisa dibuat setidaknya 50 besi yang meliputi berbagai perkakas.

“Seandainya memadai perlengkapan, mungkin bisa sampai 50-an kita tempa. Tapi karena begitumi kodong perlengkapan. Jadinya sedikitji yang dibuat,” ujar Syahrir.

Rata-rata aktivitas mereka dimulai pukul 8 pagi dan berakhir pukul 4.30 sore. Sedangkan selingan tidur siangnya berdurasi sekitar 2 jam.

Halaman 4

Kerajinan ini membutuhkan sekitar 1 karung arang per harinya tiap tim yang berproduksi. Sehingga kerajinan pembuatan arang sudah merupakan sebuah kebutuhan sebagai pekerjaan turunan dari kerajinan pandai besi ini.

Aktivitas para penempa besi di Jl Abdul Kadir 2 ini menjadikan lokasinya yang berada di tengah lorong yang cukup sempit, dipadati sisa-sisa potongan besi yang berserakan di pinggir-pinggir lorong. Mereka adalah orang-orang dengan keterampilan langka yang dimiliki kota ini.

Berikut foto-fotonya:

Halaman 5

Pa'dende' Bassia, Jalan Abdul Kadir, Pandai Besi, Pandai Besi Makassar, Pandai Besi di Makassar

Halaman 6

Pa'dende' Bassia, Jalan Abdul Kadir, Pandai Besi, Pandai Besi Makassar, Pandai Besi di Makassar

 

(*)


BACA JUGA