Gerabah, Gerabah di Makassar, Wisata Gerabah Makassar, Jalan AP Pettarani
Toko gerabah milik Nas di Jl AP Pettarani. (Foto: Andi Dahrul Mahfud/GoSulsel.com)

Penggerabah Makassar, Bertahan di Tengah Gempuran Keramik

Jumat, 04 Desember 2015 | 09:05 Wita - Editor: Nilam Indahsari - Reporter: Andi Dahrul Mahfud - GoSulsel.com

Halaman 1

Makassar, GoSulsel.com – Di tengah gempuran berbagai macam keramik, usaha gerabah milik Nas di Jl AP Pettarani masih tetap bertahan hingga saat ini. Di tokonya, kini dapat dijumpai berbagai model dan ukiran khas dari lelaki paruh baya ini.

Proses pembuatan gerabah pada dasarnya memiliki tahapan yang sama pada tiap pengrajinnya. Demikian pula dengan pembuatan dengan tungku dan semacamnya yang dapat kita jumpai di sekitaran Jl AP Pettarani. Ada sekitar 5-6 pedagang gerabah di sini. Dan tak sedikit yang mampu memainkan keterampilan tangannya dengan memutar atau mencetak hingga jadi salah kerajinan yang bisa dijual di pasaran.

pt-vale-indonesia

Namun kali ini, GoSulsel.com menjumpai salah seorang pemilik gerabah di area itu. Namanya Nas. Ia menjelaskan, kalau dirinya tak membuat gerabah seperti pada umumnya yakni dengan metode putar layaknya pembuatan guci dan sebagainya dari tanah liat. Soalnya, dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan hal itu.

“Lumayan susah dan butuh waktu yang cukup lama untuk membuat gerabah dari tanah liat. Lagipula kalau mau bikin yang kayak begitu, mau bikin di mana? Ruangannya juga tidak terlalu cukup untuk membuat yang seperti itu. Karena perlu piki banyak alat, belum lagi dibakar biar keras,” ujar Nas sambil tertawa saat berjumpa GoSulsel.com di tokonya.

Namun, ada yang berbeda dari pembuatan gerabah yang dibuat oleh Nas. Letaknya pada pasir dan semen yang digunakan sebagai bahan alaternatif. Menurutnya, hal itu terbilang sangat mudah dibanding menggunakan tanah liat yang sudah kian sulit ditemui di Makassar dan daerah-daerah yang lain.

Halaman 2

“Saya pakai pasirji dan campuran semen. Lebih mudah saya rasa bikin begini ketimbang harus pakai tanah liat. Dan pasirnya pun cukup mudah didapat. Ada dari Gowa, diantarkan saja. Dan kita buat dengan menggunakan alat cetak sendiri. Paling tidak ada sampai 20 menit jadimi sampai 5 buah. Kalau dengan catnya paling 10 menitlah,” jelasnya.

Sementara, Pak Nas mengatakan, bahwa hasil gerabah yang dibuatnya dengan berbahan dasar dari semen itu hanya dipasarkan ke Makassar dan daerah-daerah tertentu saja. Seperti Bulukumba, Sinjai, dan seputar kabupaten Sulawesi Selatan.

Kerena ada pekerjaan yang menunggu, akhirnya Nas mengakhiri percakapan. Namun sebelumnya, ia berharap kepada Pemerintah Kota Makassar agar tetap membantu usaha para penggerabah dalam hal pemasaran. Tak hanya itu, ia juga meminta proteksi di tengah persaingan dengan barang-barang impor.(*)


BACA JUGA