China Town, Jalan Jampea, Kapal Jung, Dinasti Ming, Wisata Kota Tua, Kota Tua Makassar, Kota Tua
2 orang bermotor sedang melintas di depan Gapura China Town di Jl Jampea, Minggu (21/12/2015). (Foto: Muhaimin/GoSulsel.com)

China Town, Kota Tua yang Diawali Berlabuhnya Kapal Jung di Pantai Makassar

Senin, 21 Desember 2015 | 06:57 Wita - Editor: Nilam Indahsari - Reporter: Andi Dahrul Mahfud - GoSulsel.com

Halaman 1

Makassar, GoSulsel.com – Berkunjung ke Makassar tak lengkap rasanya jika tak berwisata ke China Town. Nuansanya yang kental dengan adat Tiongkok membuat para pengunjung seolah sedang berada di Negeri Tirai Bambu atau Jepang.

“Setiap minggu pagi, banyak orang masuk di dalam, khususnya orang Makassar yang tidak terlalu tau bagaimana lokasinya di dalam. Nah, mereka jalan-jalanmi di dalam,” ungkap Ratna, salah seorang penjual asongan di sekitar China Town, Jumat (18/12/2015).

pt-vale-indonesia

Suasana cukup asing segera menyergap saat mulai memasuki area Pecinan itu. Suasana itu terus menjalar saat menyusuri berbagai gang yang menghubungkan jalan-jalan berhias lampion.

Menurut Koh Nono, warga di sekitar China Town, keberadaan kawasan Pecinan di Makassar telah ada sejak ratusan tahun yang lalu.

“Kawasan Pecinan seluas 44 hektar meliputi Kecamatan Wajo dan Kecamatan Ujung Pandang itu baru sah diakui keberadaannya setelah diresmikan oleh (mantan) Wali Kota Makassar Amiruddin Maula, sebagai salah satu obyek wisata kota Makassar,” terang Koh Nono ketika berbincang dengan GoSulsel.com.

Halaman 2

Dari berbagai sumber, bisa didapatkan cerita bahwa China Town Makassar merupakan kota tua di masa Dinasti Ming. Masa itu sekitar abad ke-16. Dengan menggunakan kapal jung–sejenis kapal layar, orang-orang dari Negeri Panda itu berkunjung ke pesisir pantai sebelah selatan Benteng Rotterdam untuk berdagang.

Darah pedagang itu terus mengalir hingga mereka sekarang di kota ini. Ini yang menurut Koh No jadi dasar kebanyakan warga Tionghoa di kota ini memilih lebih banyak berdagang daripada duduk di kursi pemerintahan.

“Tidak ada kita mau buru pemerintahan, kita memang sudah dari dulu, sudah lama hidup sebagai pedagang. Bahkan nenek moyang kita dulu pun begitu hidup dari berdagang,” ungkapnya.

Seiring dengan usahnya yang berkembang di Makassar, akhirnya seluruh pedagang keturunan Tiongkok itu memutuskan untuk tinggal dan membentuk keluarga yang
berada di seputaran Jl Ahmad Yani, Jl Nusantara, dan Jl Irian.

Menurut penjelasan Koh Nono, di dalam China Town juga terdapat bangunan bersejarah yang jadi ciri khas masyarakat setempat. Misalnya bangunan tua yang kini jadi SMP 5 di Jl Sumba No 9. Bangunan ini dibangun sekitar tahun 50-an oleh masyarakat Tionghoa dengan gaya arsitektur dan konstruksi yang masih tetap terjaga utuh seperti saat dibangun pertama kali.

Halaman 3

“Saya tidak begitu tau itu bangunan apa dulu itu. Sebelumnya jadi SMP. Tapi yang jelasnya, itu dulu bangunan tua milik warga Tionghoa,” pungkasnya.

Menurut informasi yang GoSulsel.com himpun, bangunan ini sudah jadi cagar budaya yang dilindungi oleh undang-undang RI No 5 Tahun 1992 yang disahkan secara langsung oleh pemerintahan Kota Makassar.

Masih banyak cerita yang belum tergali dari kota tua ini. Dan GoSulsel.com akan menandanginya di kala lain.(*)


BACA JUGA