Terompet, Tahun Baru, Jalan Pettarani
Seorang penjual terompet jalanan menjajakan jualannya di Jl AP Pettarani, Sabtu (12/12/2015). (Foto: Muhaimin/GoSulsel.com)

Pedagang Musiman Terompet, Harap Kembali Modal di Akhir Tahun

Minggu, 27 Desember 2015 | 19:34 Wita - Editor: Nilam Indahsari - Reporter: Sutriani Nina - Go Cakrawala

Halaman 1

Makassar, GoSulsel.com – Akhir tahun jadi momentum kemeriahan bagi berbagai lapisan masyarakat. Salah satunya masyarakat Makassar yang turut andil dalam menyambut pergantian tahun H-3 itu.

Momen seperti ini jadi lahan rezeki bagi mereka yang menjajakan terompet di seluruh penjuru kota Makassar. Hal itu dianggap sebagai untung-untungan. Sebab semakin tahun, semakin banyak pedagang musiman yang bermunculan.

Jauh-jauh hari sebelum malam tahun baru, para pedagang terompet sudah menghias punggung jalan kota ini. Mulai dari Jl Sam Ratulangi, Jl Jenderal Sudirman, Jl AP Pettarani, hingga Jl Perintis Kemerdekaan. Mereka jadikan tahun baru sebagai momen penambah rezeki.

Tetapi itu dulu. Bagi Jumariah yang sudah jadi pedagang terompet bertahan sejak 2008 ini mengaku 2015 adalah kelesuan.

Ia mengaku, hingga 2 pekan ia menawarkan terompet di Jl AP Pettarani, modalnya belum kembali bahkan keuntungan juga tak didapatkan.

Halaman 2

“Modal yang kami gunakan berkisar Rp 700 ribu untuk melengkapi bahannya. Sementara untuk pembuatan untuk terompet biasa bisa sampai 3-10 buah dalam sehari, berbeda dengan kualitas yang baik dan sedikit besar,” ujarnya.

Jumarian memperkirakan keterpurukan pembeli akibat dari pengaruh musim hujan.

“Sedikit-sedikit kami angkat lagi terompetnya. Kan terbuat dari kertas. Kalau hujan basah, bisa jadi rusak,” ungkapnya, Sabtu (26/12/2015).

Untuk membuat terompet, Jumarian membutuhkan waktu 2 hari. Itupun baru 1 ukuran besar terompet gitar seharga Rp 40 ribu.

“Harga yang paling murah itu “terompet biasa”, namanya biasa kami jual Rp 10 ribu. Tapi kalau ada yang minta Rp 7 ribu, sudah dikasi. Kemudian paling mahal Rp 40 ribu,” bebernya lagi.

Halaman 3

Ibu dari 4 anak ini mengaku, kelesuan bukan hanya terjadi akibat musim hujan. Perekonomian yang melemah dan semakin banyaknya pesaing dari pendatang baru musiman membuat pembelinya ikut beralih.

“Kami sudah berdagang selama sepekan, terompet yang laku baru sekitar 5 buah,” ujarnya.

Ia masih menunggu keberuntungan mendekat tahun baru. Ia berharap pembeli sudah mulai melirik terompetnya.

Setali tiga uang dengan Jumariah, Deng Memang yang baru hari pertama menjajakan terompet bercerita, bahwa ia baru mendapat 1 pembeli.

Modal yang dipakai dari Deng Memang sedikit lebih besar sebab ia menjual beberapa terompet yang dibeli dari toko, yaitu “terompet plastik”.

Halaman 4

“Untuk modal awal ini, kami harus mengeluarkan uang sekira Rp 1 juta sampai Rp 3 juta. Tahun lalu kami berada pada kisaran seperti itu dan alhamdulillah bisa balik modal. Semoga tahun ini juga seperti itu,” kata Deng Memang pada kesempatan yang sama.

Adapun harga terompet masing-masing “terompet gitar besar” harga Rp 40 ribu, “terompet gitar kecil” Rp 15 ribu, “terompet model” besar Rp 35 ribu, “terompet model” kecil Rp 20 ribu, “terompet kompa” Rp 35 ribu, “terompet plastik” kecil Rp 20 ribu, “terompet plastik” besar Rp 25 ribu, “terompet ular kecil” Rp 5 ribu, dan “terompet ular” besar Rp 35 ribu.(*)


BACA JUGA