Kawasan Mamminasata Defisit Air 180 Juta Meter Kubik
Halaman 1
Makassar, GoSulsel.com– Pusat Pengelolaan Ekoregion Sulawesi dan Maluku Kementerian Lingkungan Hidup merilis data hasil penelitian terhadapa ketersedian air baku atau tawar, khususnya air permukaan. Berdasarkan data yang diberikan kepada Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Sulsel, kawasan Mamminasata memiliki defisit air 180 juta meter kubik.
Kepala BLHD Sulsel, Andi Hasbi Nur mengatakan penelitian ini dilakukan antara rentan waktu 2004-2013, kebutuhan air tawar Makassar, Gowa, Maros dan Takalar mencapai 1,69 milliar meter kubik. Namun, yang tersedia hanya 1,51milliar meter kubik atau defisit 0,18 milliar meter kubik.
“Ini baru dihitung melalui ketersediaan air permukaan, belum masuk air tanah dalam. Yang semakin hari semakin berkurang, karena banyak masyarakat yang menggunakan sumur bor,” kata Hasbi saat ditemui di ruangannya.
Kebutuhan air permukaan menurut Hasbi, untuk kawasan metropolitan Mamminasata di pasok dari lima daerah aliran sungai, yaitu Jeneberang, Tallo, Maros, Pappa dan Gamanti. Diproyeksikan tahun 2035 keatas, persedian air tinggal 1,34 milliar meter kubik.
“Ini menjadi ironi tersendiri, sebab semakin hari persediaan air kita semakin berkurang. Sementara kebutuhan semakin bertambah, akibat pertumbuhan penduduk dan ekonomi. Karena itu, perlu dilakukan pengelolaan yang baik, salah satunya melalui Instalasi Pengelolaan Air (IPA) Mamminasata,” jelas Hasbi.
Halaman 2
Hanya saja, pengerjaan proyek instanlasi pengelolaan air (IPA) Mamminasata yang dilakukan oleh Pemprov Sulsel masih terkendala di masalah lahan. Padahal proyek telah dianggarkan dana senilai Rp1 triliun lebih, meski fisiknya baru akan dilaksanakan pada 2017.
“Masih terkendala di masalah lahan, tahun ini saya belum terima target dan rencana pembangunannya. Silahkan tanyakan ke Kepala Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Sulsel,” singkat Sekertaris Daerah Sulsel, Abdul Latief. (*)