Pedagang Koran, Jalan Abdullah Daeng Sirua
Beberapa pelanggan Kios Anjas Cell sedang membaca koran yang mereka sewa, Selasa (12/01/2016). (Foto: Muhaimin/GoSulsel.com)

Sandyakalaning Pedagang Majalah dan Koran Makassar di Tengah Era Digital

Rabu, 13 Januari 2016 | 13:45 Wita - Editor: Nilam Indahsari - Reporter: Andi Dahrul Mahfud - GoSulsel.com

Halaman 1

Makassar, GoSulsel.com – Deretan majalah dan koran yang tersusun menutup sebagian pintu Kios Anjas Cell. Kios itu terlihat ramai meski berada di sebuah jalan yang tak terlalu lebar. Para pelanggan berkerumun hingga petang hari.

Kios ini terletak di Jl Abdullah Daeng Sirua yang tembus ke Jl AP Pettarani. Bahan pembuat kios ini adalah perpaduan antara kayu dan bambu. Ia sedikit ditutupi dedaunan pohon yang tumbuh di sekitarnya. Di sini, berbagai media cetak dijajakan.

pt-vale-indonesia

“Di sini lebih banyak orang tua yang mampir. Kalau pagi, satu-persatu datang untuk baca koran baru,” ujar Novianti, istri si pemilik kios bernama Anjas, saat berjumpa dengan GoSulsel.com, Selasa (12/01/2016).

Novianty yang biasa dipanggil Ibu Novi ini cukup familiar di mata para pelanggan media cetaknya. Pasalnya, ia dan suaminya telah cukup lama berjualan di tempat itu, yakni sejak 1996 silam. Media cetak yang dijajakannya pun banyak ragam.

“Berbagai macam koran dan majalah dulunya ada di sini, mulai dari majalah olahraga, majalah band, majalah anak-anak hingga koran. Tapi sekarang sudah tidakmi. Bahkan tidak adami anak-anak kecil yang datang beli. Tidak sama dulu, anak SMP atau anak sekolahan lainnya banyak cari Majalah Gaul,” ungkapnya.

Halaman 2

Seiring perkembangan zaman yang semakin mengikis stratifikasi digital, pencari informasi lewat media cetak pun menurun drastis. Memasuki tahun 2015, Novi dan suaminya mulai merambah jualan lain seperti kue-kue, minuman dingin, dan rokok.

“Daripada rugi, mending diubah saja sistem jualannya,” ujar Novi.

Tak seperti ketika majalah band dan olahraga menjamur, Novi mengatakan, tiap siang hari, ada saja anak sekolah yang membeli kala mereka pulang. Berhubung jalan ini kerap jadi tempat persinggahan angkutan kota, maka para pengemudinya pun biasa membeli sebuah koran untuk dibaca selagi luang.

“Itu sekitar tahun 2004. Di situ tahun yang cukup ramai kala itu,” kenangnya.

Sebagai kios yang berdiri sejak 20 tahun silam, Novi dan suaminya kini hanya tinggal menikmati apa adanya dari pelanggan pembaca dan pembeli koran. Dengan menetapkan Rp 1.000 bagi pembaca dan Rp 3 hingga 5 ribu bagi pembeli koran, ayah 2 orang anak ini hanya sanggup meraup untung yang lumayan. Selain itu, ia juga menjajakan aneka kue santap pagi bagi para pelanggannya ketika di kios baca.

Halaman 3

“Kalau koran terus kita harapkan, yah paling tidak seberapaji keuntungannya. Sejak memasuki tahun 2016, saya bersama suami mencoba menyediakan makanan yang dibutuhkan bagi pembaca, dan menurutnya, hal itu ditanggapi baik oleh pembaca, katanya (para pelanggannya), kurang enak kalau membaca tidak ada cemilan,” ujar Novi sambil menjelaskan kebutuhan pelanggannya.

Tujuan Anjas dan Novi bertahan hingga saat ini tak lain dari keinginannya untuk menambah biaya kebutuhan rumah tangga. Sekaligus menambah wawasan untuk mengetahui informasi Kota Makassar.

“Biar tidak ketinggalan jaman,” tutupnya sambil tergelak.

Kios Anjas yang buka sejak pukul 7 pagi hingga pukul 8 malam ini sekarang tinggal menyediakan 80 koran per harinya. Di tengah mulai redupnya produksi media cetak, usaha seperti milik Anjas juga mulai memasuki usia senja.

Berikut foto-fotonya:

Halaman 4

Pedagang Koran, Jalan Abdullah Daeng Sirua

 

Halaman 5

Pedagang Koran, Jalan Abdullah Daeng Sirua

(*)


BACA JUGA