Appalarang, Tebing “Perawan” yang Dulang Sampah Sejak Populer

Kamis, 14 Januari 2016 | 23:26 Wita - Editor: Nilam Indahsari - Reporter: Citizen Reporter

Halaman 1

Bulukumba, GoSulsel.com – Apparalang, mungkin namanya tak asing lagi di telinga masyarakat Sulawesi Selatan, bahkan Indonesia. Salah satu destinasi wisata Kabupaten Bulukumba ini berupa tebing yang menghadap langsung ke lautan lepas mulai populer di awal tahun 2015 lalu.

Terletak di Desa Ara, Kecamatan Bontobahari, Apparalang mungkin telah dikunjungi ratusan ribu wisatawan lokal maupun internasional. Panorama keindahan Tebing Apparalang mulai populer hingga pelosok negeri berkat perbincangan di media sosial Facebook, Twitter, maupun Instagram.

pt-vale-indonesia

Namun, semakin populernya destinasi dengan jejeran batuan karangnya yang memanjakan mata serta kejernihan dan keindahan bawah lautnya memberikan dampak yang buruk.

Dampak yang ditimbulkan yakni banyaknya sampah yang berserakan di sekitar tebing bahkan ke dalam dasar laut. Hal inilah yang membuat Marine Science Diving Club (MSDC) Universitas Hasanuddin (Unhas) berupaya melakukan aksi bersih sampah di Apparalang, Selasa (12/01/2016).

“Berkunjung ke Apparalang, Anda pasti sangat mudah mendapatkan sampah botol plastik, kaleng minuman, kertas, pembungkus plastik ataupun lainnya. Hal ini terjadi karena minimnya kepedulian pengunjung untuk membuat sampah pada tempatnya,” ujar Koordinator Humas MSDC UNHAS, Sheryl Alprianti.

Halaman 2

Hal ini pastinya, lanjut Sheryl, memberikan efek negatif dari segi estetika maupun kelestarian alam. Sebab sampah yang jatuh ke dalam laut dapat mengganggu pertumbuhan ekosistem laut.

“Kegiatan ini memang tidak bisa membersihan semua sampah di Apparalang. Namun, kami berharap dengan adanya aksi ini, pengunjung dapat lebih sadar untuk tidak membuang sampah sembarang. Sebab, kami sadar alam tidak akan selalu ramah ketika yang menikmatinya juga tidak ramah kepadanya,” tandas mahasiswa angkatan 2013 Kelautan Unhas ini.

Hal senada disampaikan pemerhati dan budayawan asal Desa Ara, Muhannis, yang sempat berbincang dengan MSDC Unhas. Menurutnya, sejak Apparalang populer, keberadaan sampah semakin tak terbendung.

“Dulu Apparalang sangat cantik karena tak ada sampah. Saat ini sudah tercemar. Bahkan, beberapa tamu asing yang bertemu dengan saya mengganggap, Apparalang telah berubah menjadi tempat sampah,” keluh Muhannis yang juga penulis novel berbahasa Makassar, Karruq ri Bantilang Pinisi.

Halaman 3

Hal senada disampaikan pemuda asal Desa Ara, Nirwan Dessibali. Ia meminta para wisatawan untuk tidak menjadikan Apparalang sebagai tempat sampah.

“Keindahan Apparalang ternodai dengan sampah pengunjung yang berserakan hingga ke dalam dasar laut,” keluh Nirwan.(*)


BACA JUGA