Tak Tik Tak Tik Tuk! Asyiknya Tunggang-Tunggit di Atas Kuda Malino
Halaman 1
Makassar, GoSulsel.com – Sebagian orang yang jenuh dengan hiruk-pikuk kota, memiliki jawaban yang sama ketika ditanya hendak ke mana saat libur akhir pekan. Jawaban itu adalah pergi ke tempat yang tenang, sejuk, alami. Dan salah satu tempat yang pas dengan kategori itu adalah kawasan puncak Malino.
Malino berada sekitar 90 kilometer atau sekira 2 jam dari perbatasan Makassar-Gowa. Jalan menuju ke area ini cukup berliku dan mendaki. Namun, kini jalanannya sudah beraspal halus. Rute perjalanannya hanya satu, yakni Makassar-Malino-Sinjai.
Dalam separuh perjalanan, pemandangan perbukitan di sebelah kiri jalan akan menyapu mata Anda. Sedangkan di kanan jalan, lembah hadir bak lukisan. Pohon pinus pun akan menyambut kedatangan Anda.
Suasana sejuk? Bukan cuma itu. Ada sensasi wisata lain yang ditawarkan di kawasan hutan pinus ini, yakni menunggang kuda.
Pengunjung yang berwisata di tempat ini tak perlu repot untuk berjalan kaki mengelilingi kawasan wisata ini. Tapi cukup duduk manis di atas punggung kuda sambil melihat suasana hutan pohon pinus yang menjulang. Meski tak mustahil, namun sensasi seperti ini tentu sulit ditemukan di kota.
Halaman 2
Dengan merogoh kocek sebanyak Rp 20 ribu, Anda bisa menikmati keliling taman pinus.
“Tarif untuk menunggang kuda hanya 20 ribu per orangnya. Anda bisa menikmati keliling taman pinus sambil merasakan alam yang sejuk di sana sekitar 15 menit lamanya,” ujar Alle’ bersama kerabatnya saat berbincang dengan GoSulsel.com, Sabtu (09/01/2016).
Sambil menunggang kuda, sang pemilik kuda juga ikut mengelilingi taman itu. Sesekali ia pun menjelaskan berbagai tanaman yang indah tumbuh menjalar di sekitar tempat kaki kuda berpijak.
Lokasi taman pinus ini cukup tinggi, naik turun layaknya bukit Teletubbies (film anak-anak yang idenya berasal dari Anne Wood dan Andrew Davenport). Karena itu, dari atas kuda, kita bisa melihat lalu-lalang kendaraan yang melintas tepat di bawah bukit itu.
Para pemilik atau kurir kuda ini merupakan warga Malino. Selain jadi petani sayur dan buah-buahan, ia juga mencari sebagian pundi rupiah dengan menjajakan jasa tumpangan kuda.
Halaman 3
“Kalau mauki naik kuda, biasanya jam 10 pagipi baru ada di sini semua, sampai sore sekitar jam 4. Setelah itu kembali lagi ke rumah,” ujar Alle’.
Menurut pengakuan Alle’, dirinya dan teman-teman sudah menekuni profesi sebagai penyedia penunggang kuda sejak
tahun 2009. Usaha ini dinilainya sangat berpotensi untuk mendapatkan rupiah. Ia bersama rekannya mencoba menyulap sarana transportasi kampung ini sebagai tawaran wisata menggoda.
“Dulunya kuda cuma dipakeji buat meladang, di atas pegunungan. Tapi setelah kita baca situasi, kayaknya bagus
juga buat peluang bisnis,” katanya sambil tertawa.
Sayangnya, tak cukup beberapa tahun, bisnis menunggang kuda ini pun mengalami tunggang-tunggit. Apalagi bertambahnya jumlah objek wisata yang semakin bervariatif dan modern. Seperti flying fox, petualangan manjat pohon, dan sebaginya. Itu semua membuat Alle dan rekannya pasrah.
Katanya sambil mengusap tubuh kuda putihnya untuk menenangkan, “Rezeki tidak lari ke mana.”
Berikut foto-fotonya:
Halaman 4
Halaman 5