(FOTO: Karya seni di Kampung Mangasa, Kabupaten Gowa/Sabtu, 10 september 2016/Marwan Paris/GoSulsel.com)

Rumah Seni Kasumba dan Filosofi Makassar “Rampea’ Golla Nakurampeki’ Kaluku”

Minggu, 11 September 2016 | 20:23 Wita - Editor: Irwan Idris - Reporter: Marwan Paris - GoSulsel.com

Gowa, GoSulsel.com – Konsep “Rampea’ Golla Nakurampeki Kaluku” jadi tema dan tagline Festival Seni Kampung Mangasa 2016. Pemantik dari kegiatan ini tak lain adalah Komunitas Seni Kasumba yang di baliknya ada AH. Rimba, sebagai penggagas suksesnya acara ini. Ia pun mengungkapkan bahwa tema tersebut memiliki makna filosofis.

“Ini adalah program tahunan yang kedua kalinya dan baru saja menerima penghargaan hibah cipta perdamaian dari yayasan kelolah dan kedutaan besar denmark. Serta tentu yang paling penting dari semua kegiatan ini adalah bagaimana kami bisa bersinergi dengan warga,” paparnya kepada Gosulsel.com, Minggu (11/) di kediaman Rumah Seni Kasumba, jalan Daeng Tata Lama no. 18A, kelurahan Mangasa, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa.

pt-vale-indonesia

“Jadi saya di sini dengan teman-teman sebatas sebagai pelaksana, selebihnya yang menyelesaikan adalah warga. Tentu niat kami mudah-mudahan kegiatan ini bisa menjadi event tahunan seterusnya,” lengkapnya.

Rumah Seni Kasumba, kata beliau, awalnya bernama Craton Art Studio yang pada tahun 2007 akhirnya berubah nama menjadi Rumah Seni Kasumba.

Komunitas Rumah Seni Kasumba, lanjutnya lebih ke komunitas seni perupa. Memakai kata ‘kasumba’ yang dalam bahasa Makassar berarti pewarna. Maksudnya dalam budaya orang Makassar khususnya dalam masakan, bahan ini biasa dipakai sebagai pewarna atau untuk memperindah makanan. Dan tentunya bahan yang selalu ada dalan setiap sajian di hari-hari perayaan orang Makassar. Sehingga dari harapannya komunitas ini bisa seperti kasumba. Sehingga akan tetap ada dan selalu berwarna dalam setiap karya-karya dan kegiatan mereka.

Selain itu, yang menarik dalam festival kali ini yaitu mempunyai tema dengan tagline yang menarik. Berbunyi “Rampea Golla Nakurampeki Kaluku”.

Halaman: