(FOTO: Makam Syekh Yusuf di Liukang, Sungguminasa, Gowa. Makam ini ramai dikunjungi oleh peziarah yang hendak menghayati makna perjuangan Si Tuanta Salamaka/Kamis, 15 September 2016/Marwan Paris/GoSulsel.com)

Merentang Kisah Syekh Yusuf, Tuan Penyelamat dari Tanah Gowa

Kamis, 15 September 2016 | 15:39 Wita - Editor: Irwan Idris - Reporter: Marwan Paris - GoSulsel.com

Gowa, GoSulsel.com –  ‘Tuanta Salamaka ri Goa’ merupakan gelar yang disematkan oleh masyarakat  untuk seorang ulama besar dari Sulawesi Selatan bernama Syekh Yusuf. Gelar dengan artian ‘Tuan kita penyelamat dari Gowa’. Beliau merupakan seorang ulama, penyiar agama islam, wali, sufi, ilmuan, penulis buku, hingga panglima perang di abad 17. Ia mengukir kisah historis yang terbentang dari tanah Gowa hingga semenanjung harapan di Afrika Selatan.

Dari kisahnya yang panjang, semenjak wafat 23 Mei 1699 di kota Cape Town, Afrika Selatan, makamnya yang terletak di Ko’bang, Jalan Syekh Yusuf, Liukang, kabupaten Gowa ini tak hentinya dikunjungi oleh para peziarah dari berbagai daerah maupun dari mancanegara. Hampir tiap hari peziarah berkunjung. Khusus setelah Idul Adha merupakan momen puncak ramainya para peziarah di makam tersebut. Dengan tujuan baik untuk sekedar mengenang perjuangan beliau, memanjatkan doa pada Allah SWT, maupun berhajat melepas nazar dari apa yang telah dicapainya.

Makam beliau di Ko’bang merupakan sebuah kompleks makam dengan luas 100 meter persegi. Kata Ko’bang sendiri berasal dari kata kubah yang diadaptasi dalam bahasa Makassar. Seperti yang diungkapkan oleh juru makam Mujibu Rahman bin Abdul Jalil kepada GoSulsel.com, Rabu (14/9/2016).

(FOTO: Makam Syekh Yusuf di Liukang, Sungguminasa, Gowa. Makam ini ramai dikunjungi oleh peziarah yang hendak menghayati makna perjuangan Si Tuanta Salamaka/Kamis, 15 September 2016/Marwan Paris/GoSulsel.com)

(FOTO: Makam Syekh Yusuf di Liukang, Sungguminasa, Gowa. Makam ini ramai dikunjungi oleh peziarah yang hendak menghayati makna perjuangan Si Tuanta Salamaka/Kamis, 15 September 2016/Marwan Paris/GoSulsel.com)

“Ko’bang itu berasal dari kata kubah, karena lidah orang Makassar sehingga berubah jadi kata Ko’bang. Begitu juga penyebutan untuk daerah ini yang sebenarnya bernama Liukang, tetapi banyaknya kubah selain makam Syekh Yusuf juga ada makam raja-raja Gowa yang berjarak 500 meter dari sini itu juga memiliki kubah. Jadi akhirnya orang terbiasa menyebutnya daerah Ko’bang”, terangnya.

Dalam kompleks makam Syekh Yusuf sendiri ada 4 kubah. Kubah makam paling besar menonjol dengan cat warna hijau merupakan makam dari beliau. Luasnya sekitar 11 x 11 meter memiliki pintu berlapis dua. Di dalam kubah ada 11 makam selain makam dari Syekh Yusuf.

“Dalam kubah ada 11 makam selain Syekh Yusuf. Di sebelah kiri beliau adalah istrinya I Sitti Daeng Nisanga. Kemudian makam Raja Gowa Sultan Abdul Jalil (raja Gowa ke 14 yang berperan besar memulangkan jasad Syekh Yusuf). Kemudian pengikut dan kerabat beliau; Mappadulung Daeng Mattimung, Karaengta Panaikang, Syekh Abd. Basyir (pengikut setianya dari arab), Tuang Loeta (pengikutnya dari banten, I Lakiung, Tanri Daeng, Tanri Uleng, Tanri Abang, dan Daeng Ritasammeng yang merupakan guru ngaji beliau,” jelas pak Mujir, sapaan juru kunci makam Syekh Yusuf ini.

(FOTO: Makam Syekh Yusuf di Liukang, Sungguminasa, Gowa. Makam ini ramai dikunjungi oleh peziarah yang hendak menghayati makna perjuangan Si Tuanta Salamaka/Kamis, 15 September 2016/Marwan Paris/GoSulsel.com)

(FOTO: Makam Syekh Yusuf di Liukang, Sungguminasa, Gowa. Makam ini ramai dikunjungi oleh peziarah yang hendak menghayati makna perjuangan Si Tuanta Salamaka/Kamis, 15 September 2016/Marwan Paris/GoSulsel.com)

Makam Syekh Yusuf di dalamnya cukup terawat dengan dikelilingi pagar bertirai sorban hijau. Sama halnya dengan makam istri beliau yang ada disampingnya. Tak hanya itu, ruang makam ini difasilitasi pendingin ruangan sehingga ketika para ziarah walaupun berdempetan di dalam tidak akan terasa panas.

Halaman:

BACA JUGA