#Pilgub Sulsel 2018
Surat Terbuka Untuk Punggawa dari Pemuda Bulukumba
Suara dari Saya
Seperti yang bisa dibayangkan, implikasinya akan sangat jauh dan mencengankan. Dalam pendekatan ini, retorika didefenisikan sebagai upaya manusia dalam meningkatkan kepedulian dan kemampuan kerjasama lewat pendekatan simbol Kepungawaan dalam tradisi manusia Makasar – Boegis.
Maafkan saya jika defenisi Kepunggawaan ini nantinya akan memunculkan berbagai polemik narasi. Sekali lagi dengan segala hormat, Saya mohon Maaf. Sebab saya menyadari betul bentuk keterbatasan pemaknaan, pemahaman, penghayatan jejak – jejak historis dari sang Punggawa.
Untuk Seluruh Masyarakat Sulawesi Selatan.
Sejarah merupakan jejak yang menunjukkan jejak yang lain pada lapisan metamorfosa kesadaran manusia. Ia tidak terperangkap pada, dalam tanggal dan tahun objektif, tetapi pada tenunan makna yang ditinggalkannya. Argumentasi ini tidaklah bermaksud kehendak untuk mengubah pandangan dan keyakinan mansyarakat Sulawesi Selatan, terhadap kesejatian nilai dari punggawa.
Walau pada akhirnya saya harus mengakui argumentasi ini telah menata cermat logikaku. Dan ia sukses memaksaku untuk menemukan makna, membingkai nilai – nilai Kepunggawaan dalam tradisi tutur dan narasi manusia Makasar- Boegis.
Kepribadian tenang, serta fhilosifi – fhilosifi sederhananya melegenda di jazirah Sulawesi Selatan, Sang Punggawa menjalankan dunianya dengan kegamblangan yang tiada tandinganya.
” Jika itu kebenaran, Maka jalanilah tanpa ragu”!. Cukup panjang untuk menjelaskan metode berkesimpulanku terhadap lakon sejati dari sang punggawa, tapi cukup pendek untuk mengingatkan bahwa Semangat Kepunggawaan harus kembali mejadi referensi berkepribadian kita. Semoga saya dan Kita semua benar – benar merindukannya.