Catatan Anak Nelayan di Hari Nelayan Nasional

Kamis, 06 April 2017 | 17:36 Wita - Editor: Irwan Idris -

Gosulsel.com — Tanggal 6 April yang diperingati sebagai Hari Nelayan Nasional ditetapkan untuk mengapresiasi jasa para nelayan Indonesia dalam upaya pemenuhan kebutuhan protein dan gizi seluruh masyarakat Indonesia. Di samping itu, para nelayan merupakan salah satu aset dalam menunjang perekonomian nasional yang perlu mendapatkan perhatian lebih. Berdasarkan tahun, maka tepat pada tanggal 6 April 2017 ini adalah peringatan Hari Nelayan Nasional Indonesia yang ke-57. Namun sayang banyak orang yang tidak mengetahui hal ini baik pemerintah, mahasiswa, maupun nelayan itu sendiri.

Tak bisa dipungkiri di tengah potensi besar lautan justru kantong-kantong kemiskinan banyak terletak di pemukiman nelayan. Memang banyak faktor yang menyebabkan kemiskinan nelayan baik secara alamiah, struktural, maupun kultural.

pt-vale-indonesia

Secara alamiah laut memang sulit diprediksi. Gelombang tinggi, angin kencang atau badai, serta rusaknya alam membuat hasil tangkapan semakin sedikit. Di satu sisi masyarakat nelayan mempunyai kelemahan secara struktural. Kemampuan modal yang lemah, manajemen rendah, kelembagaan yang lemah, ketidaksadaran menjaga lingkungan laut serta keberadaaan cengkeraman tengkulak, dan keterbatasan teknologi.

Kondisi kultural juga bisa mendorong nelayan semakin terjun ke jurang kemiskinan. Kekayaan alam yang besar sering meninabobokan kita semua. Ketergantungan pada sumber daya laut mengakibatkan terjadi kepasrahan, dan ini berakibat tidak adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).

Budaya negatif seperti hidup boros terkadang juga masih melekat pada diri nelayan. Terlepas dari itu semua kita perlu mencermati sebuah potensi besar pada diri nelayan. Tidak bisa dipungkiri dalam diri nelayan terdapat jiwa-jiwa pemberani dan kerja keras.

Bayangkan saja berhari-hari menerjang ganasnya ombak selalu mereka lalui dengan taruhan nyawa. Kerja keras mereka, seakan tidak tertandingi. Berangkat malam-malam pulang pagi atau sebaliknya berangkat pagi pulang malam-pun mereka kerjakan. Jika nelayan seorang pemalas saya rasa mereka tidak akan mampu melakukan hal tersebut.

Disparitas harga kebutuhan pokok dan keperluan lainnya antara daerah perkotaan dan pesisir utamanya di kepulauan sangat berbeda jauh misalnya sembako dan BBM menjadi salah satu faktor penghalang peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan tak pernah teratasi dengan alasan daerah geografis padahal itu menjadi kewajiban pemerintah untuk menyediakan semua itu.

Untuk itu kita berharap pemerintah dan nelayan mampu memanfaatkan potensi-potensi yang ada sehingga menjadikan para nelayan meningkat kualitas hidup dan kesejahteraannya. Kita perlu kemitraan antara nelayan besar dengan nelayan kecil dengan sistem yang adil dalam memadukan teknologi penangkapan modern dan tradisional. Bukan sistem tengkulak yang terus menjerat kemiskinan nelayan.

Kita perlu mendorong pemerintah untuk terlibat dalam mengembangkan potensi-potensi perikanan dengan memajukan masyarakat nelayan bukan mengekploitasinya dengan menjadikan nelayan sebagai alasan dan objek untuk memuluskan program-program yang, justru tidak spesifik menyentuh masyarakat nelayan melainkan golongan tertentu yang menjadi lumbung kekuatan untuk memuluskan jalan kekuasaan oknum pemerintah.

Kita perlu memajukan sumber daya manusia masyarakat nelayan dan generasinya, mendukung dan memberikan pemahaman akan pentingnya kelestarian lingkungan laut demi keberlangsungan hidup generasi berikutnya, bukan malah membunuh karakter nelayan ramah lingkungan dengan membebankan kepada mereka tentang solusi yang tepat guna bagi para nelayan non ramah lingkungan.

Kita berharap dari nelayan lahirlah sebuah inovasi baru untuk kemajuan bangsa dan negara ini, sebab laut memiliki segala hal yang terus bertambah selama kita jaga.

Dari nelayan kita wujudkan Indonesia sebagai poros perikanan dan kemaritiman dunia.

Selamat Hari Nelayan Nasional Yang Ke 57, Sejahterakan Nelayanku Majulah Indonesiaku.(*)

Muh. Ramli 

Anak Nelayan dari Pulau Sapuka, Kabupaten Pangkep. Saat ini, Muh Ramli mengemban amanah sebagai Koordinator Aliansi Masyarakat Peduli Bahari Indonesia ( AMPIBI ) yang selama ini giat melakukan pengawalan dan pemberantasan ilegal dan destructive fishing.