Petepete Smart rancangan Wali Kota Makassar, Danny Pomanto menuai polemik terkait anggaran pengadaan/Sumber: roda2makassar.com

Giliran NasDem Makassar ‘Semprot’ Danny

Kamis, 11 Mei 2017 | 13:39 Wita - Editor: Irfan Wahab - Reporter: Muhammad Fardi - GoSulsel.com

Makassar, GoSulsel.com – Tim Hukum DPD Partai NasDem Kota Makassar kembali angkat bicara persoalan polemik antara Wali Kota Makassar, Danny Pomanto, dengan Anggota DPRD Kota Makassar dari Fraksi Nasdem terkait prahara Pete-pete Smart.

Hal ini menyusul pernyataan penasehat hukum Danny Pomanto, Salasa Albert yang mengancam akan melaporkan Supra kepihak berwajib jika tidak meminta maaf kepada Danny Pomanto.

Tim Hukum NasDem Makassar, Mukhtar Juma menegaskan, penasehat hukum Pemkot Makassar mestinya membaca dan memahami UU Nomor 17 Tahun 2014 dan UU Nomor 23 Tahun 2014 yang mengatur tentang hak, fungsi dan kewenangan anggota DPR/DPRD.

“Kritik yang dilayangkan oleh anggota DPRD Makassar dari Fraksi NasDem kepada Danny Pomanto adalah kontrol terhadap jalannya pemerintahan dan fungsi pengawasan terhadap penggunaan anggaran. Bukannya ditanggapi secara positif, alih-alih pakai penasehat hukum untuk mengancam. Ini pemerintahan yang anti kritik,” kata Mukhtar Juma dikutip dari rilis yang diterima GoSulsel.com, Kamis (11/5/2017).

Mukhtar merunut, pada tahun 2016 melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang telah melalui proses pembahasan antara DPRD dan Pemkot Makassar melalui Dinas Perhubungan telah dialokasikan anggaran sebesar Rp1,26 Miliar untuk pengadaan 5 unit Pete-pete Smart percontohan.

Kemudian pada tahun 2017,  DPRD bersama dengan Pemkot Makassar melalui pembahasan yang panjang bersepakat untuk menyetujui usulan anggaran pengadaam 10 unit mobil percontohan Pete-pete Smart ala Danny Pomanto dengan total anggaran Rp 2,969 Miliar.

“Tapi kini, setelah Pete-pete Smart dikritik karena faktanya memang digunakan untuk kepentingan pribadi Danny Pomanto, yakni digunakan mendaftar sebagai bakal calon Wali Kota di sejumlah partai politik, semuanya bereaksi. Padahal, legislator Supratman hanya menjalankan fungsi pengawasannya,” tutur Mukhtar.

Disisi lain, Mukhtar Juma merasa heran jika pembuatan Pete-pete Smart harus menggunakan dana pribadi Danny Pomanto, sedangkan program tersebut telah masuk dalam APBD.

“Heran saja, saat dikritik reaksinya berbeda. Selain itu, posisi Danny Pomanto saat mendaftar sebagai calon Wali Kota juga patut dikritik, karena mengikutsertakan mobil dengan logo Pemkot Makassar. Ini kan kepentingan pribadi. Belum lagi biaya yang dikeluarkan saat louncing bulan Desember 2016, siapa yang bisa menjamin bahwa dana yang digunakan pada saat louncing Pete Pete Smart adalah bukan dana APBD,” tegasnya.

Mukhtar Juma menegaskan, ancaman penasehat hukum Pemkot Makassar dan Wali Kota Danny Pomanto secara khusus kepada Supratman sangat tidak beralasan.

“Pernyataan Pak Supratman sah-sah saja sebagai anggota DPRD, jadi tidak perlu minta maaf apalagi menyesal karena pernyataan tersebut adalah bagian dari pengawasan DPRD dan itu dilindungi Undang-Undang,” tegasnya.

Lebih lanjut Mukhtar Juma mengatakan bahwa, dengan reaksi berlebihan yang disampaikan Wali Kota Makasaar melalui kuasa hukumnya atas pernyataan Supratman terkait Pete-pete Smart ini bisa menjadi pintu masuk bagi penegak hukum untuk memastikan apakah benar Pete-pete Smart tersebut dibiayai pribadi Danny atau lewat APBD.

“Kami meminta pihak berwenang untuk bisa mengusut penggunaan anggaran pengadaan Pete-pete Smart ini, yang diklaim sebagai program cerdas dari Pak Wali Kota Danny Pomanto. Karena dua kali dianggarkan, dananya cukup signifikan. Belakangan ini semua berkelit bahwa menggunakan dana pribadi, ini ada apa?,” tegas Muktar Djuma. (*)


BACA JUGA