Arkeolog Temukan Lukisan Purba di Leang-leang Maros, Lebih Tua dari Peninggalan Eropa
“Kita berhasil menemukan bukti-bukti alat yang digunakan untuk mengolah binatang, lalu perhiasan berupa tulang dan batu yang berkorelasi dengan lukisan,” tambahnya.
Ditambahkanya, proyek penggalian arkeologi yang didanai oleh Dewan Penelitian Australia dan Universitas Griffith di Australia ini dianggapnya sangatlah penting dalam mengungkap kapan mulainya manusia pertama memasuki daratan sulawesi.
Belum lagi sulawesi dianggap sebagai zona percabangan dari semua migrasi, bahkan beberapa peneliti mengatakan sulawesi seperti mangkok di mana semua hewan masuk ke sulawesi, dan perairan sulawesi dianggap tidak pernah kering saat terjadi pendangkalan.
Selain lukisan tertua di dunia didapatkan di kawasan ini, para arkeolog ini juga menemukan peninggalan ras mongoloid dan austromelanik,“Dari ciri temuan yang didapat, bahwa layer satu ada ras mongoloid, pada lapisan 4 kami menemukan dugaan austromelanik (homo sapiens),”ungkap budi.
“Penggalian arkeologi ini sendiri, rencananya akan berlangsung selama tiga bulan untuk mencari jejak peradaban yang pernah tinggal di Leang Bulu Bettue 30 ribu tahun lalu dan akan disimpulkan setelah melewati pemeriksaan laboratorium,” tegas Arkeolog Unhas Prof. Iwan Sumantri.
“Ada jutaan temuan yang didapatkan di sini. Itu menandakan pernah ada manusia purba yang tinggal di sini sekitar 30 ribu tahun lalu,” katanya saat ditemui saat memimpin penggalian.
Menurut Iwan Sumantri, tim Konsulat-Jenderal Australia memilih melakukan penelitian di Maros dibanding Pangkep dengan pertimbangan beberapa hal. Salah satunya karena Pemkab Maros dinilai merespon upaya penelitian tersebut. Maros juga menjadi daerah yang paling berpotensi dan memenuhi persyaratan untuk penelitian.
“Kami pilih Maros karena lebih memenuhi persyaratan. Dan pemerintahnya lebih terbuka. Sebelumnya, kami juga sudah melakukan penelitian di sini,” papar Iwan Sumantri.(*)