Foto akun Facebook

Sutradara Tukang Bubur Naik Haji Garap Film Sunset In Pantai Losari

Selasa, 19 September 2017 | 15:51 Wita - Editor: Irfan Wahab - Reporter: Irwan AR - Go Cakrawala

Makassar, GoSulsel.com – Geliat perfilman nasional semakin marak, uniknya perfilman ini mulai bangkit di daerah dan mencoba mensejajarkan diri dengan film-film nasional.

Buktinya, setelah Miles membuat film Athirah yang mengambil gambar dominan di Sulawesi Selatan. Juga Visinema Pictures yang membuat film “Filosofi 2” yang mengambil beberapa gambar di kota Makassar dan Toraja.

pt-vale-indonesia

Kini, PT SKV Movie Intertaiment dari Jakarta juga menggarap sebuah film layar lebar. Mirip dengan Athirah karya sineas Riri Reza, SKV Movie Intertaiment mengangkat kisah lokal Bugis-Makassar, dengan judul “Sunset in Pantai Losari”.

Sutradara yang juga menulis ceritanya adalah Sutradara Sinetron terkenal ‘Tukang Bubur Naik Haji” Aca Hasanuddin. Sutradara yang berkarir puluhan tahun di bidang perfilman ini adalah pria kelahiran Soppeng dan alumni IKIP Ujung Pandang (sekarang UNM).

Bukan hanya itu, juga ada pegiat sinema Jakarta dari Makassar Baso Natsir dan Jamal Khaer yang bertindak sebagai Line Produser. Film yang rencananya akan diputar di bioskop akhir tahun ini juga sedang melakukan proses casting pemain dan langsung tancap gas melakukan proses syuting. Menurut Baso Natsir, produksi akan diselesaikan paling lambar bulan November mendatang.

Baso, pria kelahiran Bone dan pernah lama bergelut di dunia teater di kota Makassar ini, mengatakan ia dan teman-temannya terpicu ikut menggeliatkan perfilman Makassar yang kian pesat. Hanya saja menurutnya, film yang dibuat produksi di Makassar masih belum sesuai dengan kaidah teori film yang ada.

“Kita ingin sharing perfilman yang benar, bagaimana membuat film yang secara teori benar dan tahapan produksinya juga benar. Sekalian mengajak mereka yang berkarir di dunia film Jakarta untuk kembali pulang kampung,” ujar Baso, saat ditemui di lokasi Casting di benteng Fort Rotterdam Makassar, belum lama ini.

Lanjut Baso, sharing pengetahuan ini penting agar kebangkitan film di Makassar tidak cepat redup. Apalagi menurut sineas yang cukup lama di rumah produksi Sinemart ini, kebangkitan film lokal di Makassar juga memancing daerah lain untuk ikut bangkit.

Bentuk sharing itu diwujudkan dalam bentuk produksi yang hanya membawa sedikit kru dari Jakarta, itupun rerata mereka adalah orang-orang Sulsel yang berkarir di Jakarta. Selebihnya memakai potensi lokal, termasuk pemain-pemain yang akan bermain di film yang rencananya mengambil gambar di Makassar, Soppeng dan Bone.

Hal sama yang dirasakan Aca Hasanuddin yang akrab disapa Daeng Aca di Jakarta, ayah tiga anak ini mengaku menunggu 20 tahun hingga akhirnya bisa membuat film di Sulsel. Pria yang familiar dengan penampilan kepala plontos dan kumisnya ini bahkan mengaku cerita Sunset In Losari yang akan diproduksinya itu telah dibuat sejak tahun 2003, kini dengan sedikit revisi ia bersama kru akan membuatnya.

“Saya senang sekali, sudah lama saya menunggu ada yang mengajak saya bikin film di Makassar, nah ditawari oleh Pak Baso dan Pak Jamal, saya langsung ambil,” ujar Daeng Aca riang.

Menurut Daeng Aca, potensi pemain di Sulsel cukup baik, tinggal sedikit diarahkan sudah bisa memenuhi standar. Proses Casting sendiri yang berlangsung 15 hingga 21 September mendatang selain dilakukan di kota Makassar juga dilakukan di kabupaten Soppeng. Tercatat ratusan orang, dari semua kalangan mencoba peruntungan menjadi bintang film.

Film Sunset in Pantai Losari sendiri bercerita tentang seorang gadis bernama Tenri dari Soppeng yang kuliah di kota Jakarta, ia perempuan yang cukup kuat menanam nilai-nilai keperempuanan bugisnya di dalam dirinya. Hanya saja ia berselisih pendapat dengan sang nenek dalam penerapan ada-istiadat. Konflik muncul saat sang Nenek mencoba memaksakan perjodohan Tenri yang tak diterimanya.

Daeng Aca berharap film yang cukup sarat mengangkat nilai-nilai bugis makassar ini bisa diterima seluruh masyarakat Indonesia. Sementara bagi Baso Natsir, film ini bisa diapresiasi masyarakat dan rencananya akan ada empat produksi film lagi yang segera akan dibuat. Kita tunggu. (*)