#Pilgub Sulsel
Komitmen NA Diragukan,Relawan Mulai Tarik Diri
Makassar,GoSulsel.com – Sikap politik “plin-plan” yang ditunjukkan Nurdin Abdullah (NA) menghadapi Pilkada Sulsel 2018 mendatang, menuai respon pro-kontra di kalangan relawan dan simpatisannya yang berjuang tanpa pamrih selama ini.
Meninggalkan atau mengganti Tanribali Lamo (TBL) di tengah jalan saat berjuang bersama, alasannya sulit untuk dipahami sebagian relawan NA-TBL. Mengingat, pengganti TBL, yakni Andi Sudirman Sulaiman sama sekali belum dikenal publik.
Alasan elektabilitas TBL tidak mengangkat sulit untuk diterima. Mengingat, SS yang merupakan pendatang baru justru butuh waktu meyakinkan publik. Apalagi, selain usianya masih sangat muda, juga pengalamannya di bidang pemerintahan sama sekali tidak ada.
Bandingkan dengan TBL, di samping mantan carateker Gubernur Sulsel, juga sudah bersama dengan NA selama sekira satu tahun. Pengorbanannya pun juga tak terhitung lagi. Mulai soal waktu, maupun property untuk memudahkan pergerakan tim dan relawan.
Dugaan paling menyakitkan, yakni TBL tetap diminta bersosialisasi untuk mendongkrak keterpilihan, tapi di sisi lain NA secara “diam-diam” sudah memutuskan berpasangan dengan SS, jauh hari sebelum NA menyampaikan secara resmi jika berduet dengan adik Amran Sulaiman itu.
Atas berbagai alasan itu pula, relawan maupun simpatisan NA-TBL yang selama ini berjuang bersama, kini mulai menarik diri. Alasannya hampir sama, mendukung calon gubernur harus dilihat dari komitmennya. Bukan yang tidak tegas dalam pendirian, apalagi di bawah telunjuk pihak tertentu yang bermain di level pusat.
Selain gerbong TBL di Gowa memilih mengalihkan dukungan ke kandidat lain, relawan dan simpatisan NA-TBL juga bersiap-siap hengkang. Mereka merasa tidak nyaman lagi berada dibarisan jagonya pencitraan itu, karena tindakannya tidak sesuai dengan perkataan.
Di samping menyampaikan secara langsung, sebagian relawan atau simpatisan NA juga mengutarakan kekecewaannya melalui sosial media (sosmed) di beberapa group politik yang dibuat selama ini di Facebook.
Di grup Pilkada Pilkada Serentak Sulawesi Selatan 2018 misalnya, para relawan dan simpatisan nampak saling tuding. Tidak sedikit menyampaikan argumentasinya membela NA, namun tak jarang justru meluapkan kekecewaannya.
Pro-kontra ini terbaca saat mengomentari link berita tentang TBL yang bakal diundang menghadiri deklarasi NA-SS. Ada yang menganggap judul berita yang diposting, Minggu (08/10/2017) tersebut keliru, karena TBL seharusnya ditempatkan sebagai pihak yang mengundang.
Namun, tanggapan ini memancing beberapa relawan atau simpatisan untuk mengungkap “bobrok” NA. Seperti netizen yang memiliki akun atas nama Andi Bustamin Amin. Secara terang-terangan, ia menyebut jika NA tidak konsisten.
“NA…sdh tdk konsewen (konsisten) orangnyx… sdh dr awal komit dgn TBL… ternyata ditinggal…klau TBL, biar di jemput hely tdk akan… krn NA tdk setia sampai akhir… rakyat bisa menilai ternyata NA… plimplang orangx…” tulis Andi Bustamin Amin.
Ungkapan Bustamin langsung ditanggapi salah satu tim NA, Usdar Nawawi. Usdar seolah ingin meyakinkan jika TBL tidak ditinggalkan, melainkan akan tetap bersama demi Sulsel dimanapun posisi TBL, termasuk dalam tim pemenangan.
Akan tetapi, alasan tersebut tak meluluhkan kekecewaan relawan lainnya. Justru sikap yang ditunjukkan NA sudah bisa dijadikan penilaian tentang komitmennya yang masih diragukan. “Saya orang prinsip…NA… sy bisa nilai….,” tulisnya lagi.
Andi Bustamin yang mengaku sebagai ketua Forum Gerakan Anak Makassar, memutuskan untuk meninggalkan NA. “Saya tinggalkan NA. Dukung kandidat lain selaku ketua Forum Gerakan Anak Makassar,” tegasnya.
Pernyataan Andi Bustamin ikut memantik netizen lainnya. Mereka juga secara terbuka tidak akan lagi memperjuangkan NA. Alasannya sama, yakni belum jadi gubernur saja namun tidak menghargai komitmen. “Saya Pinrang good by NA. Hilang 6 suara ta prof,” kata Abe Fh.
Ungkapan kekecewaan ini, kembali ditanggapi salah satu relawan lainnya. Mereka justru menuding, orang yang meninggalkan NA dinilai tidak paham dengan dinamika politik, khususnya soal wakil.
Hanya saja, komentar ini kembali menuai reaksi. Sebab jika alasan TBL ditinggalkan karena popularitasnya rendah, maka yang dipertanyakan kenapa justru mengambil SS yang justru pendatang baru.
“Seandainya wakil yg ditinggalkan Prof (NA) lebih tinggi popularitasnya dibandingkan SS, kami masih terima. Tp ini malah orang baru n (dan) tidak punya elektabilitas dan basis massa,” tegas Abe Fh, sambil diiyakan simpatisan lainnya.(*)