#Pilgub Sulsel
“Mr Komitmen” Lalui Ujian Komitmen di Pilgub Sulsel
Makassar,GoSulsel.com – “Mr Komitmen”, julukan lain yang disematkan ke Ichsan Yasin Limpo (IYL) membuktikan keteguhan sikapnya. Di tengah upaya rayuan untuk meninggalkan Andi Mudzakkar (Cakka), mantan Bupati Gowa ini justru tak bergeming sedikit pun.
Sekali Cakka, tetap Cakka, dijadikan putusan yang dipegang erat-erat bagi IYL. Tak ada ruang negosiasi, sekali pun Cakka terkesan sudah pasrah dan tetap mendukung bila harus mengikuti jejak Tanribali Lamo yang diganti oleh Nurdin Abdullah.
Sikap yang ditunjukkan IYL itu, oleh pengamat politik dinilai sebagai langkah yang tepat. Selain semakin mempertegas dirinya sebagai “Mr Komitmen”, juga publik akan menilai jika ia tak plin-plan dalam bersikap.
Pengamat Politik asal Unhas, Aswar Hasan, mengurai, sejak awal ia memprediksi jika kecil kemungkinan IYL mengganti pasangan. Alasannya, branding Mister Komitmen yang disandang IYL akan terciderai jika meninggalkan Cakka.
“Posisi Ichsan memang dilematis. Tapi saya pikir IYL tidak akan mau. Terlalu besar resikonya. Dia selama ini kan dikenal dengan komitmennya,” papar Aswar, kepada wartawan, Senin 30 Oktober 2017.
Meski demikian, menurut Aswar, ini adalah ujian yang cukup besar bagi pelopor pendidikan gratis tersebut. Ujian ini juga sempat menerpa Nurdin Abdullah. Bedanya, NA mengambil langkah melepas Tanribali.
Aswar mengulas, akan ada dua imbas dari ujian IYL kali ini. Baik itu jika mempertahankan komitmen, atau sebaliknya. “Jika bertahan dengan Cakka, maka IYL harus siap-siap berusaha keras lagi mendapatkan partai pengusung. Dengan mendapat gerbong dukungan baru dari partai itu,” katanya.
Sementara Akademisi dari Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Andi Luhur Prianto menuturkan, tidak mudah untuk memisahkan IYL dan Cakka sebagai pasangan. Alasannya, penentuan paket ini membutuhkan waktu dan mekanisme tersendiri.
“Ujian kesetiaan IYL pada pasangan. Apalagi selama ini IYL membranding diri sebagai Mr. Komitmen. Proses penentuan wakil IYL juga penuh seremoni panjang dengan secara adat dan budaya, risiko elektoralnya bisa lebih besar jika sampai mereka pisah,” terangnya.
Luhur menjelaskan, setidaknya IYL dapat menjaga komitmennya dan dapat menjadi pembeda dengan kandidat-kandidat lain.
Karena memang, masyarakat cerdas dalam melihat bakal calon pemimpin yang baik kedepannya.
“IYL tentu bisa berkaca bagaimana respon publik jika terjadi pergantian pasangan, sebagaimana yang terjadi pada NA-TBL sebelumnya,” jelas Luhur.
Sebenarnya, terang Luhur, masih tersedia opsi, dalam negosiasi dengan partai politik tanpa harus mengganti wakil. Misalnya dengan bersedia menjadi kader partai yang bersangkutan.
“Apalagi IYL ataupun Cakka bukan lagi elit strategis di Partai Golkar. Jadi kalau partai mensyaratkan kader, maka bisa saja opsi itu yang di tempuh,” tuturny.
Kemungkinan terburuk apabila IYL melepas Cakka bisa mempermudah lawannya untuk memasuki basis Cakka di Luwu. Karena memang tidak dipungkiri popularitas serta elektabilitas Cakka di Luwu cukup besar dan patut menjadi perhitungan bagi lawan-lawannya.
“Melepas Cakka, bisa berarti IYL membantu kandidat lain untuk menguasai basis pemilih dari geopolitik Luwu Raya. Ini soal idealisme yang di perhadapkan pada pragmatisme elektoral,” tutup Luhur.(*)