Membaca Perasaan Tajriani lewat Denting Kecapi Mandar

Minggu, 04 Februari 2018 | 23:50 Wita - Editor: Irwan AR - Reporter: Irwan AR - Go Cakrawala

Makassar, GoSulsel.com— Tajriani Thalib nama lengkapnya, alumni fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar (UNM) 2017 ini berwajah oreintal dengan bakat seni yang mumpuni. Bakat seninya terutama pada olah vokalnya sebagai penyanyi pada kelompok panduan suara di almamaternya.

Tetapi, rasa gundahnya pada kecapi mandar, alat musik tradisional mandarlah yang membuat perempuan kelahiran 24 Mei 1994 ini bisa berjalan ke luar negeri dan berada diatas panggung event-event nasional dan internasional.

pt-vale-indonesia

Semuanya bermula saat, owner magaya fashion –sebuah kreasi handmade bisnis yang membuat produk dari hasil kreasi sarung, batik dan tenun- ini, akan mengikuti program pertukaran pemuda antar negara, melaui Provinsi Sulawesi Barat. Ia yang merasa kemampuan bernyanyinya belum cukup lalu ingat tentang kecapi mandar.

“Dulu sekali jaman SMA kelas 3. Saya ketemu Amma Satuni, yang maestro kecapi itu. Lalu beliau cerita bahwa tidak ada lagi yang meneruskan kesenian tradisional itu. Tahun-tahun berikutnya saya jadi mahasiswa dan gabung di paduan suara mahasiswa. Lalu coba daftar di provinsi SulBar untuk pertukaran pelajar antar negara. Syaratnya dari seleksi itu adalah harus punya keahlian di bidang seni budaya Mandar. Saya bisa nyanyi, tapi menurutku itu tidak cukup. Akhirnya saya ingat tentang kecapi dan coba belajar,” urai Tajriani mengenang awal ketertarikannya menekuni Kecapi Mandar, saat dikonfirmasi akhir pekan lalu.

Walaupun kemudian ia tak lolos dalam seleksi tersebut, Tajriani mengaku justru makin kepincut dengan kecapi mandar itu. Hingga menjadi keterusan. Seolah dengan belajar kecapi itu, perempuan yang bercita-cita jadi dosen dan tengah menjadi guru honorere di kampungnya ini merasa mendapatkan kesadaran baru bahwa akan buruk bila kesenian tradisional mandar tersebut akhirnya harus punah karena tak ada generasi muda yang mau melestarikannya.

Lajang yang sehari-harinya menjadi volunter bagi Armada Pustaka yang dibangun Ridwan Alimuddin ini selain mengikuti kursus bahasa Inggris, akhirnya memicu perhatian atas pengkhidmatan bagi kecapi Mandar tersebut. Ia misalnya diberi ruang untuk menampilkan kesenian tradisional Kecapi Mandar pada acara Makassar International Writers Festival, pada sesi A Cup of Poetry, 17-20 Mei, Makassar lalu. Atau yang terbaru ia baru saja pulang dari Thailand sebagai duta pariwisata Sulbar mementaskan kesenian tradisional Pakkacaping Tobaine dalam acara Wonderful Indonesia Festival, November 17-19, Bangkok, Thailand.

Prestasinya juga mulai bersinar, misalnya 2013 lewat Asian Pacific Choir Games berhasil meraih medali emas tinggi pada kategori Folklor (musik tradisi), bersama Paduan Suara Mahasiswa Universitas Negeri Makassar, 8-18 Oktober, Manado, Sulawesi Utara. 2014 atau Duta Kesenian Tradisional (Pakkacaping Tobaine), pada acara The 3rd Erau International Folk Arts Festival (EIFAF), 6-14 Juni, Tenggarong, Kab. Kutai Katanegara, Kalimantan Timur.

Aktivitasnya pada seni tradisi juga membuatnya diganjar beberapa penghargaan seperti tahun 2016 Conseil International des Organisations de Fetival de Folklore (CIOFF) et d’Arts Traditionnels Indonesia Section : Liaison Officer of South Korea Group in Polewali Mandar International Folk and Art Festival (PIFAF), August 30-September 4, Polewali Mandar, Indonesia. Lalu di tahun 2017 oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia meraih penghargaan Delegasi Sulawesi Barat pada Ekspedisi Jalur Rempah, 9-22 Oktober di Provinsi Maluku. Juga Penghargaan dari Gubenur Sulbar Tajriani diberi penghargaan sebagai Pemuda Pelopor Bidang Pemerhati Seni dan Kebudayaan Sulawesi Barat tahun 2017.

Perempuan yang masih memilih melajang ini, dalam waktu dekat ingin menuntaskan dua proyek sekaitan musik tradisional mandar.

“Saat ini, saya sedang mengusahakan dua project pelestarian alat musik ini, agar peminatnya banyak dan ada penerus, saya sungguh bersyukur berjumpa dengan teman-teman yang mau bekerja bersama demi pelestarian ini dan saya juga sungguh berdoa agar project ini bisa terealisasi,” ujarnya.

Tetapi ditanya soal rencana hidup hingga lima tahun kedepan, ia masih menyelesaikan berbagai aktivitas-aktivitas diseputar kesenian dan literasi itu malah tidak mencantumkan pernikahan sebagai target pencapaian. Mengapa?

“Untuk lima tahun ke depan, selain jadi dosen, saya juga ingin melaksanakan penelitian-penelitian terkait psikologi dan kebudayaan, lalu mendaftarkan dan mempresentasikannya di konfrensi-konfrensi nasional dan internasional. Jika memungkinkan saya masih ingin mentas-mentas sesekali, hehehe. Intinya saya tetap ingin memperkenalkan Mandar baik dengan pementasan ataupun pada konfrensi hasil penelitian,” katanya berproyeksi.

Kecintaan pada kecapi Mandar itu menjadi sebuah hubungan yang tak sekdar sebagai hubungan seorang manusia dengan benda, karena itupula menjadi wajar bila rencana lima tahun kedepannya masih berkutat pada urusan kecapi. Bacalah dengan seksama bagaimana perasaannya pada kecapi Mandar; ” Kecapi itu jadi media menyampaikan petuah-petuah nenek moyang. Kadang saya menganggap kecapiku itu seperti benda hidup.. hahaha… kadang bikin haru…”

(foto-foto adalah dokumen pribadi)


Tajriani3
Tajriani4
Tajriani2
Tajriani1
tajriani5

LIHAT JUGA