Pemkab Gowa Rilis Harga Produksi Peternakan Jelang Ramadhan 1439 H

Selasa, 15 Mei 2018 | 14:30 Wita - Editor: Irfan Wahab - Reporter: Afrilian Cahaya Putri - GoSulsel.com

Gowa, Gosulsel.com — Terkait stok daging sapi, unggas dan telur di Kabupaten Gowa, Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan Kabupaten Gowa merilis pergerakan harga produksi peternakan menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1439 H.

Hal ini disampaikan Kepala Bidang Produksi dan Penyebaran Ternak, M Chaerul Aswar usai mengikuti High Level Meeting pada Senin (14/5/2018) kemarin.

pt-vale-indonesia

Untuk daging sapi di Kabupaten Gowa, kata Chaerul produksinya 72.000 kg/bulan, untuk kebutuhannya sekitar 39.433 kg/bulannya, sehingga ada surplus 32.500 kg.

Sementara itu, untuk unggas yang sebagian besar adalah unggas broiler atau ayam potong, produksinya di Kabupaten Gowa perbulan mencapai 997.000 kg/bulan, sedangkan konsumsinya hanya sekitar 501.000 kg/bulan.

“Sehingga kita punya surplus 495.000 kg,” jelas Chaerul.

Olehnya, berdasarkan data diatas, maka Chaerul memastikan ketersediaan untuk daging sapi dan unggas di kabupaten Gowa aman.

Namun, lain halnya dengan stok telur yang saat ini mengalami kekurangan.

“Karena memang populasi ayam petelur kita terbatas hanya sekitar 500.000 ekor. Produksinya hanya sekitar 367.000 kg. Kemudian konsumsi untuk Kabupaten Gowa, 530.500/kg, dan kita ada kekurangan sekitar 162.000 kg,” rincinya.

Kendati demikian, Chaerul memastikan kekurangan itu akan tertutupi dengan pasokan dari Kabupaten Sidrap. Dan secara periodik ini tidak pernah mengalami kendala.

Dari data diatas juga menunjukkan adanya lonjakan harga sekitar 15 persen menjelang idul fitri.

Untuk mengantisipasi kelangkaan telur jelang ramadan, secara reguler sudah ada pemasoknya, distributor dan agen-agennya yang tersebar disetiap pasar dan di pinggiran jalan. Sehingga lonjakannya tidak begitu drastis.

Tak hanya itu pemda gowa juga mengantisipasi masuknya daging oplosan dan juga ayam tiren di gowa dengan cara turun langsung ke pasar dan masyarakat juga harus mengetahui ciri-ciri terkait Ayam mati kemaren (tiren). Bahwa ada perbedaan yang cukup mendasar yang perlu kita edukasi ke masyarakat untuk tidak salah dalam membeli ayam.

“Jadi ayam tiren itu karena dia mati artinya pengeluaran darahnya tidak normal, dan ada penggumpalan darah dibawah sayap. Kemudian warnanya itu dia merah kehitaman beda drngan yang segar, beda dengan yang segar yang keliatan segar karena dia dipotong secara alami, itu yang membuat perbedaan warna dsri ayam segar dan ayam tiren,” jelasnya.

Menjelang bulan ramadan, kenaikan harga pada ayam ras di prediksi sekitar 13 persen, kenaikan ini bukan karena tidak ada stok, melainkan dipicu karena adanya faktor psikologis, seperti adanya kepastian membeli, dan permintaan terjadi.

“Sehingga pedagang-pedagang tersebut tidak risau karena pasti akan terjual, ini normal terjadi pada hari-hari lebaran dan hari besar agama lainnya,” tutup Chaerul. (*)


BACA JUGA