DPKH: Harga Telur dan Daging Ayam akan Normal di September, Ini Sebabnya

Kamis, 02 Agustus 2018 | 16:23 Wita - Editor: Irwan AR -

MAKASSAR, GO CAKRAWALA– Harga daging dan telur ayam terus mengalami kenaikan setelah Idul Fitri. Bahkan harga telur menembus harga Rp50 ribu perrak dan daging ayam sampai Rp703 ribu perkilogram.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Sulsel, Abdul Azis mengatakan harga ini akan kembali normal satu bulan ke depan atau tepatnya bulan September. Itu setelah ayam petelur yang ada di peternak kembali normal.

pt-vale-indonesia

“Kemarin saat Idul Fitri banyak ayam petelur yang masih produktif dijual, akibatnya produksi turun 10 persen. Ini karena harga daging ayam yang meningkat saat itu dan peternak cenderung menjual ayam petelur mereka,” katanya, Kamis (2/8/2018).

Penyebab lain harga daging ayam dan telur mengalami kenaikan adalah larangan pemerintah pusat untuk menggunakan zat adiktif seperti AGP. AGP ini merupakan obat yang bisa mempercepat pertumbuhan ayam.

“Kalau dulu untuk ayam pedaging dengan menggunakan zat adiktif dalam waktu 35 hati sudah bisa mencapai berat 1 Kg. Sekarang, tanpa zat itu butuh sampai 45 hari. Belum lagi harga pakan yang semakin naik,” jelasnya.

Pihaknya menyebutkan saat ini peternak sedang melakukan peremajaan ayam petelur dan pedaging. Diperkirakan bulan September stok dan harga daging dan telur ayam kembali normal.

Kenaikan harga daging dan telur ayam yang mencapai 30 persen hingga 50 persen membuat masyarakat, khususnya pemilik warung dan catering menjerit.

Salah satunya seperti yang dirasakan Nisa, pengusaha makanan rantangan. Menurut dia, telur merupakan salah satu kebutuhan utama untuk makanan rantangannya. Karena naiknya cukup drastis, otomatis modal yang harus dikeluarkan menjadi naik.

“Tidak mungkin saya kasih naik harga makanan rantanganku. Nanti pelanggan lari. Terpaksa walau mahal, harus dibeli. Karena telur merupakan salah satu menu yang hampir tiap hari dimasukkan ke rantang, ” ungkapnya. (*)