Potensi Pariwisata Sulsel Mampu Kurangi Defisit Neraca Berjalan Indonesia

Senin, 13 Agustus 2018 | 17:19 Wita - Editor: Andi Nita Purnama -

Makassar, GoSulsel.com — Pariwisata Sulawesi Selatan dinilai sebagai potensi mengurangi defisit neraca berjalan (current account deficit). Namun, perkembangan pariwisata di Sulsel masih di bawah tingkat potensialnya.

Hal tersebut disampaikan oleh Dwityapoetra S. Besar selaku Kepala Grup Advisory dan Pengembangan Ekonomi Bank Indonesia Sulsel, saat memaparkan materi pada kegiatan Editor’s Day, di Hotel Four Points by Sheraton Makassar, Senin (13/8/2018).

pt-vale-indonesia

“Kunjungan wisatawan ke Sulsel melalui jalur udara, baik yang datang, transit, maupun yang berangkat meningkat terus. Tapi yang menjadi masalah yaitu lama tinggal dan berapa yang dibelanjakan. Kita perlu jawab tantangan ini karena potensi pariwisata Sulsel sangat besar,” ujarnya.

Diketahui, Current Account Indonesia cenderung mengalami defisit sejak harga komoditas mengalami penurunan. Tekanan banyak terjadi pada kenaikan impor khususnya impor barang modal sejalan dengan masifnya kegiatan investasi.

Berbeda dengan neraca barang yang berfluktuasi, neraca jasa cenderung persisten pada kondisi defisit. Defisit neraca jasa umumnya disebabkan impor jasa transportasi (jasa pelayaran sebagai faktor dominan) yang sangat tinggi. Hanya neraca jasa dari parisiwata (travel) yang mengalami surplus dengan kecenderungan meningkat.

Lanjut Dwityapoetra, Pemerintah Daerah mencanangkan Detailed Engineering Design (DED) dalam pengembangan destinasi Toraja, Bulukumba, Geopark Maros-Pangkep (termasuk Wisata Karst Rammang-Rammang), Rest Area Malino, serta Kawasan Ekonomi Khusus Selayar. Sementara itu, Makassar juga didorong sebagai daerah perkotaan (HUB Indonesia Timur) yang didukung oleh sejumlah event yang masuk ke dalam 100 Wonderful Event Indonesia 2018 (F8 dan MIEFF).

“Ada 4 strategi yang dilakukan Pemda, attraction, amenity, accessibility, ancillary. Misal di Rammang-Rammang aksesnya dipermudah karena merupakan daerah baru yang dikembangkan. Wisata halal, sekarang wisatawan muslim sudah meningkat. Makassar lebih banyak potensinya,” jelasnya.

Pada kesempatan yang sama, Bhima Yudhistira Ekonom INDEF menjelaskan mengenai peran ekonomi daerah dalam upaya menurunkan defisit transaksi berjalan (current account deficit). Nilai tukar Dollar dan Euro seharusnya membuat daya beli wisatawan asing baik dari Amerika maupun Eropa meningkat, sehingga hal tersebut harus dimanfaatkan untuk mempromosikan pariwisata Indonesia ke dunia internasional.

“Nilai tukar Rupiah melemah terhadap Dollar dan juga Euro. Hal tersebut berdampak baik bagi daya beli wisatawan asing dari Amerika maupun Eropa yang bagus. Hal ini mestinya bisa dimanfaatkan untuk promosi pariwisata internasional secara besar-besaran,” papar Bhima.

Saat ini terdapat 10 destinasi wisata baru yang mampu menyamai keindahan Bali. “Kita sudah punya 10 Bali baru walaupun bukan di Sulsel, tapi di Wakatobi. Tapi bisa jadi dari 10 Bali baru itu bisa dikembangkan. Banyak potensi di Sulsel, saya kira bisa bertambah 15-20 Bali baru,” pungkasnya.(*)


BACA JUGA