Sumarsono Sowan ke SYL, Komandan Serahkan Badik Gowa

Selasa, 14 Agustus 2018 | 18:53 Wita - Editor: Baharuddin - Reporter: Mirsan - Go Cakrawala

Makassar,Gosulsel.com – Penjabat (Pj) Gubernur Sulawesi Selatan Soni Sumarsono, silaturahmi ke Gubernur Sulsel  periode 2008-2018, Syahrul Yasin Limpo (SYL), di kediaman SYL di Kompleks Bumi Permata Hijau (BPH) Blok C1/No1, Jl Sultan Alauddin Makassar, Senin (13/8/2018) malam.

Sumarsono ditemani oleh istrinya, Raden Roro Tri Rachayu dan Pj Sekretaris Daerah Sulsel Tautoto Tanaranggina.

pt-vale-indonesia

Yang menarik dari kunjungan ini, adalah mereka membahas tentang senjata khas masyarakat Bugis-Makassar yakni badik atau kawali. Sumarsono yang baru tiba langsung diperlihatkan sebilah badik dengan pembungkus kain berwaran merah dan emas oleh SYL.

Pada silaturahmi akrab penuh gelak tawa ini, Komandan saapan akrab SYL menyerahan Badik Gowa tersebut ke Sumarsono. Demikian juga dengan istri SYL, Ayunsri Harahap memberikan bingkisan ke Tri Rachayu. 

“Harus sampai keluar Pak kalau badik,” kata SYL, saat Sumarsono mengeluarkan badik secara perlahan dan hati-hati dari sarungnya (warangka).

“Wah bagus auranya,” sebut Sumarsono sembari menyaksikan secara seksama bentuk badik.

SYL Menjelaskan badik, bagi orang Sulawesi Selatan adalah identitas. Badik sering dijadikan perlambang keberanian.

“Iya Pak ini bukan badik biasa,” ucap SYL.

“Ada isinya?!” tanya Tri Rahayu.

“Ngak, yang saya maksud auranya, profilnya, ini kalau biasa, dia halus (tekstur bilah),” balas Sumarsono.

Kemudian memperlihatkan ke istri dengan membolak balikan bilah (kale) badik.

“Ini badik tua, ini pamornya, pamor itu bicara wibawa,” jelas Syahrul.

SYL kemudian menyebutkan bahwa Sumarsono adalah bagian dari masyarakat Sulawesi Selatan.

“Ini menujukkan Pak Soni, bukan lagi orang jawa, tetapi orang Makassar, bahkan spesifik menjadi orang Gowa,  jadi kalau orang tanya Pak Soni orang apa Bu, bilang orang gowa,” Sebut SYL sembari membantu Sumarsono kembali memasukkan badik ke sarungnya dan membungkus kembali.

Sumarsono sendiri selama menjabat di Sulsel telah memperoleh gelar empat gelar ada, dalam setiap pemberian gelar ada itu juga diserahkan senjata pusaka, termasuk badik.

“Bugis – Makassar itu bukan karena keturunan saja, siapa pun juga yang bisa menjaga harkat martabat orang Bugis-Makassar itu sudah orang Bugis-Makassar,” ujar Sumarsono.

SYL menilai bahwa hal itu telah dilakukan dan dibutikan oleh Sumarsono.

“Dan itu Bapak sudah lakukan, artinya sudah orang Makassar, dan sifanya orang Makassar itu sudah ada, dimana-mana orangnya kompak dan tidak merusak, dan tidak berantem sesamanya, apa lagi diperantauan, karena begitu filosofinya,” ujarnya.

Bagi masyarakat Bugis-Makassar, pamor yang terdapat pada badik dipercaya dapat memengaruhi kehidupan pemiliknya. Dalam pembuatan badik, bahan pamor bisa berasal dari meteorit (bintang jatuh).

Badik Sulawesi Selatan memiliki sejumlah ragam dan dikenal beberapa jenis Badik, yakni Badik Raja, Badik Lagedong (geccong), Badik Lawu, dan Badik Lompo Battang. Badik, memiliki fungsi artistik, fungsi spiritual, dan fungsi keamanan.

Terkait kunjungan ini sendiri Sumarsono saat ditemui di Rumah Jabatan Gubernur sore sebelumnya, mengatakan telah Ia rencanakan.

“Ini adalah silaturahmi biasa, karena sudah hampir lima bulan, saya belum pernah ketemu,” katanya.

Apalagi setelah Pilkada Serentak yang dinilai sukses. Ia ingin mengenal lebih dalam gubernur yang Ia lanjutkan tugasnya tersebut karena masa jabatannya telah berakhir, apalagi mengaku belum pernah ke kediaman SYL.

“Ke rumahnya sekali-kali nda ada salahnya toch, ke kediaman beliau bisa makan bersama,” sebutnya.

Bagi Sumarsono hidup ini harus bisa penuh dengan silaturahmi, tidak harus diliputi atau membahas isu politik atau sesuatu yang serius ketika bertemu. 

“Ini kebiasaan saya, jangan kan Gubernur Syahrul, HM Parawangsa saja mantan bos saya saya kunjungi, hari kedua (di Sulsel). Kemudian direktur saya di Toraja, SK Mangiri juga saya kunjungi. Jadi semua yang saya hormati saya kunjungi, karena hidup butuh silaturahmi,” pungkasnya. (*)