Nurhayati Namira, Salah Seorang Tenaga Kesehatan Masyarakat Asal Sulawesi Selatan yang Bertugas di Lombok Nusa Tenggara Barat

Tenaga Kesehatan Cantik Asal Jeneponto Bantu Korban Gempa di Lombok

Selasa, 04 September 2018 | 14:04 Wita - Editor: Andi Nita Purnama - Reporter: Junaid - Gosulsel.com

Lombok, GoSulsel.com — Nurhayati Namira, S.KM merupakan salah satu dari tenaga kesehatan masyarakat asal Sulawesi Selatan yang bertugas di Lombok Nusa Tenggara Barat. Gempa yang mengguncang Lombok NTB beberapa kali turut dirasakan langsung oleh gadis kelahiran 1992 tersebut.

“Gempa pertama itu kan tanggal 29 Juli 2018, saya berada di Mataram tapi tidak terlalu terasa gempanya. Nanti gempa kedua saya berada di Puskesmas Santong Kabupaten Lombok Utara, itu gempa 7.0 skala richter dan itu yang paling parah karena banyak orang yang meninggal,” terangnya.

pt-vale-indonesia

Anak dari pasangan Yusrie Awal Palangkey dan Samsiah tersebut melihat jelas bagaimana kepanikan warga saat itu. Ia melihat jelas bagaimana sejumlah warga berusaha mengungsi ke tempat yang lebih tinggi karena ada himbauan potensi tsunami.

“Waktu itu di perumahan dinas langsung lari keluar ke puskesmas, karena waktu itu sempat keluar peringatan potensi tsunami dari BMKG dan kebetulan puskesmas yang saya tempati agak di atas bukit jadi orang pada datang semua termasuk pasien yang dirawat di puskesmas bagian bawah, diungsikan juga ke atas,” sambungnya.

Dari penuturannya, Namira sapaan akrabnya yang sekarang terikat kontrak sebagai tenaga kesehatan “Nusantara Sehat” program Kementerian Kesehatan RI beberapa kali diminta balik ke Jeneponto oleh orang tuanya. Tapi anak pertama dari 3 bersaudara tersebut memilih untuk tetap tinggal di Lombok membantu korban gempa.

Nurhayati Namira Bersama Anak-Anak Korban Gempa Lombok

Menurutnya, ini sebuah kesempatan untuk bisa saling membantu satu sama lain dan ikut merasakan musibah yang dialami oleh warga Lombok. Keberadaannya di Lombok adalah kesempatan karena menurutnya berapa banyak orang ingin membatu tapi tidak ada kesempatan.

“Waktu kejadian gempa orang tua dan keluarga berkali – kali minta supaya kembali saja dulu ke Jeneponto. Tapi saya tolak, sambil menenangkan keluarga. Saya sampaikan kalau kondisinya sudah aman, dan di Lombok membutuhkan bantuan. Dan tidak semua orang berkesempatan untuk membantu meski mereka mau membantu, saya punya kesempatan itu. Maka jangan disia-siakan,” tuturnya melalui sambungan telepon.

Pasca gempa, almuni Kesehatan Masyarakat UIN Alauddin Makassar ini juga menceritkan bahwa kondisi sejumlah warga Lombok NTB mulai menderita penyakit diare akibat kurangnya MCK dan infeksi pada saluran pernapasan yang diakibatkan banyak debu pada tenda-tenda pengungsian.

“Kalau di sini rata-rata warga menderita penyakit diare karena kemarin waktu awal – awal gempa susah MCK. Terkadang warga buar airnya di sungai dan dan disitu juga ambil air untuk masak. Selain itu debu di pengungsian dan banyak yang tidak biasa tidur di tenda membuat batuk – batuk dan menimbulkan infeksi saluran pada pernapasan,” terangnya.

Saat ini berbagai aktifitas dilakukan mantan Sekretaris UKM Pramuka UIN Alauddin Makassar tersebut di Lombok untuk membantu korban gempa. Seperti konseling, nonton bareng warga, Home Care dan senam setiap pagi untuk menghibur anak – anak Lombok. Selain itu, ia juga membatu melakukan pengobatan.(*)