Berhenti Galau Soal Jodoh, Yuk Ambil Hikmah Pernikahan Daeng Rata dan Daeng Puji
GOWA, GOSULSEL.COM — Beberapa orang muda yang sudah menjelang umur kepala tiga dihingapi perasaan kecemasan belum juga menemukan jodoh.
Kelamaan belum menikah tentu membuat si empunya kecemasan mulai tambah sewot saat orang-orang sekitarnya tidak berhentinya bertanya “eh kapan kamu nikah, cepet dong” apalagi bila satu per satu sahabat, teman, saudara yang berhasil naik pelaminan.
Lebih parah lagi bagi yang punya mantan, dan sudah bahagia dengan suami atau istrinya, punya hidup mapan eh malah tahu-tahu sudah punya baby yang bikin gemes banget.
Pernikahan H. Husasi Daeng Rata warga Lingkungan Pa’rasangan Kelurahan Tonrorita Kecamatan Biringbulu. Daeng Puji di Bungung Lompoa, Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto, yang terjadi baru-baru ini bisa memberi inspirasi bagi kamu yang tengah galau dan cemas karena tak kunjung menikah. Sekaligus memberi pemahaman yang lebih baik tentang itu. Pasalnya pasangan berbahagia ini sudah berusia uzur, daeng Rata berusia 90 tahun, sang istri pun ak jauh beda usianya.
Ini beberapa hikmah dari pernikahan kakek-nenek Daeng Rata dan Daeng Puji yang bisa kita petik, simak ya
1. Jodoh Hak Preogratif Tuhan
Tiga urusan yang hanya bisa diketahui Tuhan yakni, rezeki, ajal dan jodoh. Jadi jodoh itu bukan ditentukan lamanya kamu pacaran, atau hebatnya perawatan kulit yang kamu lakukan atau kemapanan serta ketampanan. Pola datangnya jodoh pun tidak seragam. Ada yang cepat, ada yang lama, ada yang mudah ada yang berliku-liku. Karena itu hak preogratif Tuhan ya serahkan saja sama Tuhan, biar DIA yang ngatur semuanya.
2. Menikah tidak Lihat Usia
Beberapa waktu lalu di Sulsel pernah heboh dan melibatkan pemerintah propinsi untuk turun tangan gegara dua bocah yang masih dibawah umur melakukan pernikahan. Ada juga yang sempat viral seorang nenek dinikahi oleh pemuda yang terpaut nyaris 40 tahun beda usianya. Yang banyak terjadi seorang kakek menikahi perempuan muda yang layak jadi cucunya.
Memang ada ukuran usia yang patut masuk ke jenjang pernikahan bahkan diatur dalam undang-undang juga dalam syariat agama. Bahkan tahun ini pemerintah gencar melakukan kampanye mencegah pernikahan dini. Daeng rata dan Daeng Puji menikah di saat usia mereka sudah uzur, menjelang satu abad.
Jadi kamu yang cemas dengan umur lalu belum juga menemukan jodohnya tak usah cemas amat, menikah ajang lomba cepat-cepatan naik di pelaminan.
3. Kadang Kala Tak Perlu Pacaran lama untuk Menikah
Sebuah penelitian Penelitian yang dilakukan Patterson & Kim pada 1990-an (dalam Marriages & Families: Changes, Choices & Constrains, karangan Nijole V Benokraitis) menyatakan, ada beberapa alasan mengapa orang memutuskan untuk menikah. yang paling banyak karena cinta, di urutan kedua adalah melanjutkan pacaran ke jenjang lebih serius.
Alasan untuk melakukan pacaran lama sebelum memutuskan untuk menikah adalah bisa mengenal lebih jauh dan beberapa orang tak bisa menikah tanpa ada dasar cinta.
Sayangnya banyak kasus malah, bertahun-tahun pacaran malah kandas dan akhirnya menikah dengan orang lain yang cuma dikenalnya sebulan atau malah seminggu. daeng Rata dan daeng Puji tak perlu pacaran bertahun-tahun untuk memtuskan menikah, seorang kerabat menghubungkan keduanya dan dengan cepat mereka pun.
4. Menikah tak Melulu karena Seks dan Punya Anak
daeng Puji secara bilogis tentu sudah menepause atau kondisi dimana rahimnya sudah tak bisa dibuahi. Tentu dengan kondisi yang keriput dan semakin uzur secara sex appeal tak ada yang menarik darinya, begitupun dengan daeng Rata, dia bukan lagi pria berbadan tegap dan bertenaga besar. Walaupun ia bisa saja membuahi.
Tetapi daeng Rata memilih menikahi daeng Puji yang juga sudah uzur tentu bukan karena alasan punya anak. Juga tak bisa dibilang karena urusan seks semata. Mereka lebih banyak butuh rasa tenang di usia senja bersama pasangannya.
5. Cinta Tak Cukup sebagai Alasan Menikah
Ini yang utama dan mungkin berat. Banyak yang percaya bahwa saat kita mencintai dengan begitu besar pasangan maka itu jadi alasan terbesar kita pasti menikah dengannya.
Apalagi saat masih bersemi-seminya cinta, seolah tak ada penghalang menuju tahapan pernikahan. Memang ada beberapa kasus yang kemudian melanjutkan ke jenjang pernikahan karena faktor cinta yang besar hingga semua penghalang pun diterjang. Ada yang awet hingga kakek-nenek ada yang kandas ditengah jalan bahkan baru seumur jagung.
Daeng Rata dan daeng Puji tak punya waktu lagi untuk berurusan dengan cinta, mereka hanya butuh saling sayang menyayangi. Kalau ada yang belum ‘ngerti’ bedanya cinta dan sayang, mungkin harus belajar pada sepasang kakek-nenek daeng Rata dan Daeng Puji